Perbedaan signifikan dalam infrastruktur kesehatan antara Indonesia dan Swedia menjadi sorotan utama dalam konferensi kerja sama internasional yang berlangsung baru-baru ini. Dalam acara bertajuk Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP) Healthcare Conference 2025, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyoroti ketimpangan rasio tenaga medis di kedua negara. Di Swedia, jumlah perawat mencapai 12 orang per seribu penduduk, sedangkan di Indonesia hanya sekitar dua per seribu penduduk. Selain itu, kekurangan dokter di Indonesia juga menjadi tantangan besar untuk diperbaiki.
Pembelajaran dari sistem kesehatan Swedia dapat memberikan solusi bagi Indonesia. Salah satu faktor penting yang mendukung harapan hidup masyarakat Swedia hingga 84 tahun adalah adanya rekam medis nasional yang telah diterapkan sejak abad ke-18. Sebaliknya, Indonesia baru memulai penggunaan rekam medis elektronik secara luas pada tahun 2022. Teknologi digital Swedia memungkinkan akses mudah terhadap data kesehatan individu melalui aplikasi ponsel, sehingga mempermudah pemantauan kondisi pasien secara terus-menerus. Untuk mengadopsi inovasi ini, pemerintah Indonesia berencana mengirim delegasi ke Swedia guna mempelajari praktik terbaik dalam pendidikan tenaga kesehatan dan implementasi tugas medis oleh perawat.
Kemitraan strategis antara Swedia dan Indonesia dalam bidang kesehatan membuka peluang besar bagi reformasi sistem kesehatan nasional. Konferensi tahunan ini menjadi ajang kolaborasi lintas sektor dengan fokus pada enam prioritas utama, termasuk penanganan kanker, penyakit darurat, diabetes, serta digitalisasi layanan kesehatan. Melalui kerja sama ini, diharapkan standar kualitas layanan kesehatan di Indonesia dapat meningkat pesat, sehingga masyarakat bisa menikmati hidup yang lebih sehat dan produktif. Kolaborasi seperti ini menunjukkan bagaimana sinergi antarnegara dapat menghasilkan dampak positif bagi pembangunan manusia secara global.