Pasar minyak global mengalami fluktuasi signifikan akhir-akhir ini, seiring dengan berbagai perkembangan geopolitik yang mempengaruhi pasokan. Harga minyak mentah Brent turun ke level US$74 per barel pada 17 Februari 2024, sementara West Texas Intermediate (WTI) mendekati US$70 per barel. Hal ini terjadi karena spekulasi peningkatan pasokan dari Irak dan Rusia, serta upaya Presiden Amerika Serikat untuk meredakan konflik di Ukraina. Para analis menyoroti bahwa penyelesaian konflik dapat membuka lebih banyak suplai minyak ke pasar global, sehingga menekan harga.
Situasi ini dipicu oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah isyarat dari Presiden wilayah semi-otonom Kurdistan di Irak bahwa ekspor minyak dapat kembali berjalan pada bulan depan setelah hampir dua tahun terhenti. Jika hal ini terwujud, pasokan minyak dari wilayah tersebut akan menambah suplai global, yang kemudian dapat menekan harga lebih lanjut. Selain itu, rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin juga menjadi sorotan. Dalam upaya mencari solusi damai, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy juga akan dilibatkan dalam perundingan. Kesepakatan damai dapat mengurangi sanksi terhadap minyak Rusia, membuka lebih banyak pasokan ke pasar.
Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Scott Bessent sebelumnya mengumumkan rencana untuk menekan ekspor minyak Iran hingga kurang dari 10% dari tingkat saat ini. Meskipun ini sempat mendorong harga naik, skeptisisme pasar terhadap efektivitas strategi tersebut membuat harga kembali tertekan. Situasi ini menciptakan kondisi volatil di pasar minyak, dengan berbagai faktor geopolitik yang terus membentuk arah harga.
Pasar minyak dunia saat ini sedang berada dalam situasi yang dinamis. Pelaku pasar harus tetap waspada terhadap perkembangan terbaru terkait perundingan damai dan kebijakan sanksi AS terhadap negara-negara produsen minyak utama. Perubahan-perubahan ini akan memiliki dampak langsung pada harga minyak dan stabilitas ekonomi global.