Berita
Konflik Sejarah di Kesultanan Mataram: Pangeran Purbaya dan Sultan Amangkurat I
2025-05-09

Pertentangan ideologis antara anggota keluarga kerajaan sering kali menjadi pemicu konflik besar dalam sejarah. Salah satu contohnya adalah peristiwa yang melibatkan Pangeran Purbaya dengan keponakannya, Sultan Amangkurat I dari Kesultanan Mataram. Ketegangan ini dimulai ketika sang sultan memerintahkan pembunuhan massal terhadap ulama dan keluarganya. Pangeran Purbaya, yang khawatir akan dampak buruk dari tindakan tersebut, memutuskan untuk tidak menghadap ke istana tanpa memberikan penjelasan kepada penguasa.

Keputusan Pangeran Purbaya ini ditafsirkan oleh Sultan Amangkurat I sebagai bentuk pemberontakan. Raja Mataram kemudian memperkuat posisi dirinya, karena ia memiliki banyak pengikut setia, termasuk anak-anak serta cucunya yang berjumlah 50 orang, serta para sahabatnya yang berkedudukan penting. Di tengah situasi tegang ini, Raden Mas, putra Pangeran Purbaya, juga merasa cemas atas sikap ayahandanya. Menurut catatan sejarah "Disintegrasi Mataram: Di bawah Mangkurat I" oleh H.J. De Graaf, Sunan merasa resah bahwa kondisi tersebut dapat memicu kerusuhan. Oleh karena itu, Raden Mas dikirim kembali ke ayahnya dengan pesan damai dari raja, namun usaha tersebut tetap gagal karena ketidaksepakatan tetap ada.

Sikap tegas dan dedikasi terhadap keyakinan masing-masing menunjukkan betapa kompleksnya dinamika hubungan keluarga kerajaan pada masa itu. Meskipun Sultan Amangkurat I mencoba menjembatani kesalahpahaman dengan mengunjungi Pangeran Purbaya serta mengirim putranya kembali untuk menyampaikan permintaan maaf, langkah-langkah tersebut tidak berhasil sepenuhnya. Purbaya tetap teguh pada prinsipnya, menegaskan bahwa ia cukup mampu untuk menghadapi atasan dengan cara yang sesuai. Kisah ini menggugah kita untuk selalu menjaga komunikasi yang baik dalam relasi sosial, baik di lingkungan keluarga maupun organisasi yang lebih luas, sehingga konflik dapat diselesaikan secara damai dan bijaksana.

more stories
See more