Pada tanggal 22 April 2025, para kardinal dari seluruh dunia berkumpul di Vatikan untuk menetapkan jadwal pemakaman Paus Fransiskus dan memulai proses pemilihan paus baru. Meninggal pada usia 88 tahun akibat serangan stroke, Paus Fransiskus meninggalkan warisan besar sebagai pemimpin agama yang mendedikasikan hidupnya bagi kaum miskin dan keadilan sosial. Beliau adalah tokoh sentral dalam Gereja Katolik Roma, memimpin lebih dari 1,4 miliar umat Katolik. Negara-negara seperti Argentina dan India turut berduka dengan deklarasi hari berkabung nasional. Upacara pemakaman akan diadakan di Basilika Santo Petrus, dihadiri oleh kepala negara dan keluarga kerajaan dari seluruh dunia.
Di tengah suasana haru yang meliputi Kota Vatikan, para kardinal bersiap untuk mengambil alih tanggung jawab besar setelah meninggalnya Paus Fransiskus. Dalam pertemuan penting yang dimulai pada pagi hari 22 April 2025, mereka membahas rincian upacara pemakaman serta agenda pemilihan paus baru. Paus Fransiskus, seorang tokoh reformis liberal asal Argentina, telah memimpin gereja selama hampir satu dekade sejak pengunduran diri Paus Benediktus XVI pada tahun 2013. Setelah perjuangannya melawan pneumonia ganda dan serangan stroke, dunia kini berduka atas kepergiannya.
Dalam tradisi gerejawi, upacara pemakaman akan dilaksanakan antara hari keempat hingga keenam setelah kematiannya, yaitu antara Jumat hingga Minggu pekan ini. Para kardinal, yang dikumpulkan dalam serangkaian "kongregasi umum," bertugas menentukan detail spesifik acara tersebut. Hanya mereka yang berusia di bawah delapan puluh tahun yang memiliki hak pilih dalam konklaf untuk memilih paus baru. Di antara peserta upacara pemakaman nanti adalah Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang memberikan penghormatan meskipun pernah berbeda pandangan dengan Paus Fransiskus terkait kebijakan migrasi.
Argentina, tanah kelahiran Paus Fransiskus, serta India—negara dengan populasi terbesar di dunia—turut merayakan kehidupan dan dedikasi beliau melalui masa berkabung resmi. Peristiwa ini menjadi simbol persatuan global dalam mengenang seorang pemimpin yang mencintai semua lapisan masyarakat.
Sebagai wartawan yang meliput acara ini, saya terkesan bagaimana kehilangan seorang pemimpin spiritual dapat menyatukan berbagai negara dan budaya. Paus Fransiskus tidak hanya menjadi figur agama tetapi juga ikon perdamaian dan keadilan sosial. Inspirasi dari jejak hidupnya akan terus menginspirasi generasi mendatang, baik dalam konteks agama maupun politik dunia. Bagi pembaca, momen ini mengajarkan nilai kesederhanaan, empati, dan keberanian untuk melawan ketidakadilan di segala aspek kehidupan.