Pasar
Minat Masyarakat terhadap Emas Meningkat di Tengah Ketidakstabilan Ekonomi Global
2025-04-21

Pada masa yang penuh ketidakpastian ini, banyak orang mulai beralih ke emas sebagai bentuk investasi yang aman. Fenomena ini mendapatkan perhatian dari Chairul Tanjung (CT), seorang pengusaha ternama dan mantan menteri koordinator bidang perekonomian Indonesia. Dalam sebuah diskusi panel yang diselenggarakan oleh The Yudhoyono Institute, CT menjelaskan bahwa emas menjadi incaran karena dinilai lebih stabil dibandingkan mata uang seperti dolar AS yang mengalami pelemahan. Selain itu, dia juga menyoroti dampak negatif dari perang dagang global terhadap harga komoditas utama dunia, termasuk minyak mentah dan timah. Perkembangan ini tidak hanya mempengaruhi industri nasional tetapi juga berdampak pada APBN dan tenaga kerja.

Sepanjang beberapa bulan terakhir, tren pembelian emas telah meningkat signifikan baik secara global maupun di Indonesia. Menurut CT, hal ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap volatilitas pasar keuangan serta pelemahan nilai tukar dolar AS. "Emas saat ini dianggap sebagai pelari cadangan yang aman dalam situasi ketika dolar melemah," tuturnya. Pernyataan tersebut mencerminkan bagaimana masyarakat semakin menyadari pentingnya aset fisik sebagai perlindungan terhadap risiko ekonomi.

Dalam konteks yang lebih luas, CT juga menyoroti penurunan harga komoditas akibat perang tarif internasional. Dia menjelaskan bahwa penurunan permintaan global telah membawa dampak langsung pada harga komoditas seperti minyak mentah dan timah, dengan kisaran penurunan hingga 17% untuk timah. "Ketika pertumbuhan ekonomi melambat, permintaan akan turun, sehingga harga komoditas baik hard maupun soft commodity ikut anjlok," ungkapnya. Situasi ini menunjukkan betapa rentannya perekonomian Indonesia yang masih sangat bergantung pada perdagangan komoditas.

Tidak hanya itu, CT juga memperingatkan tentang risiko efek domino yang dapat terjadi jika langkah-langkah reformasi ekonomi tidak segera dilakukan. Dengan kinerja industri yang lesu, investasi pun akan melambat, sehingga memaksa perusahaan dan pemerintah untuk melakukan efisiensi besar-besaran. Hal ini dapat berujung pada pemutusan hubungan kerja massal dan penurunan daya beli masyarakat. "Efisiensi radikal ini pasti berdampak pada lapangan kerja, yang pada akhirnya akan memengaruhi daya beli masyarakat," katanya.

Untuk menghindari skenario terburuk, CT menekankan pentingnya reformasi ekonomi yang cepat dan drastis. Jika tidak, Indonesia berisiko masuk ke dalam siklus ekonomi yang terus berputar namun menuju ke bawah, atau yang dikenal sebagai 'circle down economy'. "Kalau kita tidak segera bertindak, kita bisa terjebak dalam pola ekonomi yang hanya bergerak ke arah negatif," tandasnya.

Meningkatnya minat terhadap emas bukan hanya fenomena sementara, tetapi juga mencerminkan ketidakstabilan ekonomi global yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, langkah-langkah preventif harus segera diambil guna menjaga stabilitas ekonomi nasional. Reformasi ekonomi yang tepat waktu dapat membantu menghindari dampak buruk dari perang dagang global dan memperkuat posisi Indonesia di tengah tantangan ekonomi yang semakin kompleks.

more stories
See more