Bursa saham Indonesia mengalami penurunan signifikan pada awal perdagangan Jumat, 28 Februari 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka hari dengan anjlok hampir 2% karena berbagai faktor negatif yang mempengaruhi pasar domestik dan internasional. Selain itu, Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks MSCI dari equal-weight menjadi underweight, yang diperkirakan akan memicu tekanan jual dari investor asing. Situasi ini semakin diperburuk oleh kebijakan proteksionisme ekonomi Amerika Serikat yang terus meningkat.
Di awal perdagangan, IHSG merosot hampir 2%, mencerminkan ketidakpastian ekonomi global. Faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah prospek pertumbuhan ekonomi yang melemah dan penurunan profitabilitas sektor siklikal. Morgan Stanley juga telah mengubah posisi saham Indonesia dari setara menjadi kurang disukai, yang diperkirakan akan mempengaruhi minat investor asing.
Selain itu, pasar keuangan Indonesia masih harus menghadapi tantangan besar dari sentimen negatif luar negeri. Kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Trump terhadap Meksiko dan Kanada, serta tambahan tarif untuk China, semakin menambah ketidakpastian ekonomi global. Ini memperkuat posisi proteksionisme pemerintah AS dan mempengaruhi stabilitas pasar. Morgan Stanley Capital International (MSCI) juga akan melakukan penyesuaian bobot saham Indonesia dalam indeks globalnya, yang efektif mulai 3 Maret 2025. Penurunan bobot ini dari 2,2% menjadi 1,5% diperkirakan akan memicu tekanan jual dari investor asing dalam beberapa hari ke depan.
Kebijakan ekonomi global dan data ekonomi AS memiliki pengaruh besar terhadap pasar Indonesia. Pengumuman kebijakan tarif baru oleh AS dan lonjakan nilai dolar AS dapat membuat pasar menjadi lesu. Investor juga menanti rilis data Core Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index AS untuk Januari 2025, yang merupakan indikator penting bagi The Federal Reserve dalam menentukan kebijakan suku bunga.
Meskipun ada banyak sentimen negatif, ada satu faktor positif yang muncul akhir pekan ini: bulan puasa Ramadhan. Umat Islam Indonesia akan menyambut Ramadhan, yang diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat dan memberikan dampak positif pada ekonomi. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumen seperti PT Unilever Indonesia dan Indogood Group diperkirakan akan mendapat manfaat dari peningkatan permintaan selama bulan suci ini. Dengan demikian, meski situasi pasar saat ini tampak suram, ada harapan bahwa konsumsi masyarakat dapat memberikan dorongan positif bagi ekonomi Indonesia.