Kurs rupiah terhadap dolar AS mencatat penurunan signifikan pada perdagangan hari ini. Nilai tukar rupiah menembus level Rp 16.575 per dolar AS, yang merupakan titik terendah sepanjang sejarahnya. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi pasar keuangan global. Situasi ini juga diiringi dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) hingga mencapai angka 107,29, mengalami kenaikan tipis dibandingkan hari sebelumnya.
Pihak otoritas moneter, Bank Indonesia (BI), telah menyatakan bahwa pelemahan kurs rupiah dipicu oleh sentimen negatif dari pelaku pasar keuangan terkait ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangannya. Menurut Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Edi Susianto, kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintah AS telah memicu penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya. Meskipun demikian, BI berkomitmen untuk menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi agresif di pasar valuta asing. "Kami akan terus aktif di pasar untuk memastikan keseimbangan supply dan demand serta menjaga kepercayaan pasar," ungkap Edi.
Berdasarkan data dari beberapa bank besar di Indonesia, harga jual dolar AS telah mencapai kisaran Rp 16.700 per dolar AS. Ini menunjukkan adanya ketidakpastian ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Namun, langkah-langkah strategis yang diambil oleh Bank Indonesia diharapkan dapat membantu memulihkan kepercayaan publik dan menjaga stabilitas ekonomi nasional. Dengan sikap proaktif dan responsif, Bank Indonesia menunjukkan komitmennya dalam menghadapi tantangan ekonomi global demi kepentingan masyarakat luas.