Kematian Paus Fransiskus, seorang tokoh penting dalam Gereja Katolik Roma, menandai berakhirnya era kepemimpinan yang penuh dedikasi kepada nilai-nilai kesederhanaan, keadilan sosial, serta perdamaian global. Sebagai pemimpin pertama dari Amerika Latin, ia dikenang karena perjuangannya untuk mengatasi tantangan internal gereja seperti skandal pelecehan seksual dan ketegangan birokratis. Selain itu, ia juga menjadi sasaran kritik dari kelompok konservatif maupun progresif karena pendekatannya yang kontroversial terhadap tradisi lama.
Dalam perjalanannya sebagai paus, Fransiskus membangun reputasi sebagai sosok visioner yang mendukung dialog lintas agama dan solidaritas dengan mereka yang hidup di pinggiran masyarakat. Ia meninggalkan warisan besar dengan memilih hampir 80% kardinal elektor masa depan, yang kemungkinan akan melanjutkan pandangannya tentang reformasi gerejawi.
Pilihan Jorge Mario Bergoglio sebagai paus pada tahun 2013 mengejutkan banyak kalangan karena latar belakangnya yang tidak konvensional. Dengan sikap rendah hati, ia menjauh dari kemewahan yang biasanya diasosiasikan dengan jabatan tersebut. Alih-alih tinggal di apartemen megah Istana Apostolik, ia lebih suka berada di antara rakyat biasa, mencari "kesehatan psikologis" melalui interaksi langsung dengan masyarakat.
Bergoglio membawa angin segar ke dalam struktur formal Gereja Katolik dengan mengedepankan nilai-nilai kepedulian sosial dan kemanusiaan. Ia secara aktif menyuarakan isu-isu yang sering kali diabaikan oleh institusi agama besar, termasuk perlunya perhatian kepada orang miskin, migran, dan kaum tertindas lainnya. Sikap ini membuatnya dicintai oleh banyak orang di seluruh dunia, meskipun ia menghadapi oposisi dari kelompok-kelompok yang merasa bahwa tindakannya melenceng dari tradisi kuno.
Di akhir masa jabatannya, Paus Fransiskus telah memberikan pengaruh signifikan terhadap arah masa depan Gereja Katolik. Melalui penunjukan para kardinal baru, ia memastikan bahwa pandangan progresifnya akan tetap dipertimbangkan saat pemilihan paus berikutnya. Langkah ini menunjukkan komitmennya untuk mempertahankan nilai-nilai universal yang ia junjung tinggi.
Ia juga dikenang sebagai pelopor dialog antaragama dan advokat perdamaian global. Dalam berbagai kunjungan internasional, ia berhasil menjangkau jutaan orang dengan pesan-pesan toleransi dan kerjasama lintas budaya. Meskipun ada perbedaan pandangan di kalangan konservatif dan progresif terkait reformasi gerejawi, warisan Paus Fransiskus tetap menjadi tonggak penting dalam sejarah Gereja Katolik modern. Dengan meninggalkan jejak yang kuat, ia memastikan bahwa nilai-nilai yang ia perjuangkan akan terus hidup dalam ingatan umat manusia.