Dalam dunia sastra, majas metafora menjadi salah satu teknik yang sangat dikenal untuk memperkaya bahasa. Artikel ini memberikan gambaran tentang pengertian dan contoh-contoh dari majas metafora. Majas ini adalah alat penyampaian makna simbolis tanpa menggunakan kata-kata pembanding seperti "seperti" atau "laksana". Dengan adanya gaya bahasa ini, komunikasi tidak hanya berupa kalimat biasa, tetapi juga menyiratkan makna mendalam. Contohnya, ungkapan "tulang punggung keluarga" mengacu pada seseorang yang menjadi penopang utama ekonomi keluarga.
Di ibukota Jakarta, para pelajar dan mahasiswa kerap belajar tentang majas metafora sebagai bagian dari pelajaran bahasa Indonesia. Majas ini membandingkan dua hal secara langsung namun dengan cara yang lebih abstrak. Misalnya, ungkapan "buah hati" menunjukkan bahwa seorang anak diibaratkan sebagai sesuatu yang sangat berharga bagi orang tua. Atau, ungkapan lainnya seperti "raja siang", yang menggambarkan matahari pagi sebagai pusat perhatian ketika hari mulai terang.
Berbagai contoh lainnya dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti "kembang desa", yang merujuk kepada gadis yang sangat cantik dan dikenal di lingkungan pedesaannya. Selain itu, ada juga istilah "kutu buku" untuk menggambarkan seseorang yang gemar membaca hingga tampak selalu bersama buku-buku. Ungkapan-ungkapan ini mampu menciptakan kesan visual yang kuat dan membuat pesan lebih mudah dimengerti oleh pembaca atau pendengar.
Dari perspektif seorang jurnalis, penggunaan majas metafora dapat meningkatkan daya tarik tulisan. Melalui metode ini, informasi disampaikan dengan cara yang lebih artistik serta sarat makna. Bagi pembaca, memahami metafora memungkinkan mereka untuk melihat lapisan-lapisan makna yang terselubung dalam sebuah teks. Hal ini juga mengajarkan kita untuk berpikir kritis dan kreatif saat menyampaikan ide maupun menerima informasi dari orang lain.