Ribuan peziarah berkumpul di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus yang telah meninggal dunia pada usia 88 tahun. Pemilihan lokasi pemakaman dan suasana kesederhanaan menjadi simbol kuat dari warisan nilai-nilai yang ditinggalkannya. Selama masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus menekankan pentingnya perdamaian, kepedulian sosial, serta gaya hidup sederhana.
Paus dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, bukan di kompleks Vatikan seperti tradisi sebelumnya. Makamnya hanya ditandai dengan nama "Franciscus" dalam bahasa Latin tanpa tambahan gelar atau hiasan mewah. Selain itu, peti mati kayu sederhana digunakan sesuai permintaannya, mencerminkan prinsip kesederhanaan yang selalu ia junjung tinggi. Ribuan orang mengunjungi makam tersebut, termasuk para pemimpin dunia yang hadir dalam upacara pemakaman di Lapangan Santo Petrus.
Perpisahan terhadap Paus Fransiskus dipenuhi dengan nuansa sederhana namun penuh makna. Lokasi pemakaman di Basilika Santa Maria Maggiore menjadi pilihan khusus karena devosi mendalam Paus kepada Bunda Maria. Selain itu, makamnya hanya ditandai dengan nama sederhana "Franciscus," sebuah salib minimalis, dan bunga mawar putih sebagai lambang ketulusan hatinya.
Gaya hidup sederhana Paus Fransiskus tidak hanya tercermin dalam hari-harinya tetapi juga sampai pada akhir hayat. Sebagai contoh, ia memilih makam di luar kompleks Vatikan, jauh dari kebiasaan paus-paus sebelumnya. Basilika Santa Maria Maggiore memiliki arti istimewa baginya karena sering dikunjungi dalam doa sebelum dan sesudah setiap perjalanan internasional. Nama "Franciscus" saja sudah cukup sebagai identitas, tanpa tambahan gelar panjang. Penempatan mawar putih tunggal di atas batu nisan juga menjadi simbol kelembutan dan kerendahan hati yang ia anut sepanjang hidup.
Pesan perdamaian dan pembangunan jembatan menjadi inti dari warisan Paus Fransiskus. Dalam homili pemakaman, Kardinal Giovanni Battista Re menegaskan bahwa Paus adalah pelopor dialog lintas budaya dan agama. Ia mendorong semua orang untuk menjembatani perbedaan, bukan membangun tembok pemisah.
Selama masa kepemimpinan selama 12 tahun, Paus Fransiskus secara konsisten berbicara tentang pentingnya perdamaian dunia, keadilan sosial, dan perlindungan terhadap kelompok rentan seperti pengungsi dan masyarakat marjinal. Upacara pemakamannya dihadiri oleh tokoh-tokoh dunia seperti Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang bahkan melakukan pertemuan singkat di tengah acara. Pertemuan ini menjadi simbol konkret dari pesan perdamaian yang selalu diusung Paus. Gaya hidup sederhana yang dipegang teguhnya hingga akhir menjadi cerminan nyata dari nilai-nilai universal yang ia wariskan kepada dunia. Warisan tersebut akan terus menginspirasi generasi mendatang dalam membentuk dunia yang lebih inklusif dan damai.