Pergerakan harga minyak mentah global menunjukkan peningkatan signifikan akhir-akhir ini. Kenaikan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk harapan pemulihan permintaan dari dua negara besar konsumen energi serta data terbaru tentang stok minyak di Amerika Serikat. Menurut sumber data Refinitiv, kontrak Brent untuk bulan Juni berhasil mencapai nilai US$66,32 per barel dengan kenaikan 0,71%, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat sebesar 0,94% ke level US$63,06 per barel.
Data ekonomi menjadi salah satu indikator penting yang memengaruhi tren harga. Peningkatan impor minyak mentah oleh Tiongkok pada bulan Maret mencatatkan angka hampir 5% secara tahunan, mencapai lebih dari 12 juta barel per hari. Angka ini merupakan rekor tertinggi sejak Agustus 2023, didorong oleh pasokan tambahan dari Iran dan Rusia. Di sisi lain, laporan mingguan dari Energy Information Administration (EIA) AS menyebutkan bahwa persediaan minyak komersial meningkat tipis sekitar 515.000 barel menjadi total 442,9 juta barel, meskipun tetap lebih rendah dibandingkan rata-rata lima tahunan.
Situasi pasar minyak global saat ini menunjukkan dinamika antara penawaran dan permintaan. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperbarui proyeksi pertumbuhan permintaan minyak mereka untuk tahun 2025, yang turun menjadi 1,3 juta barel per hari dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,45 juta. Sebagai tanggapan atas ketidakseimbangan produksi, OPEC+ juga menyoroti kelebihan produksi oleh beberapa anggotanya, yang harus dikompensasi sepenuhnya sebelum tenggat waktu 2026. Sementara itu, International Energy Agency (IEA) menyesuaikan estimasi pasokan global mereka untuk 2025, dengan pertumbuhan hanya sekitar 1,2 juta barel per hari. Prediksi ini mencerminkan risiko penurunan investasi di sektor pengeboran minyak karena harga yang belum cukup menarik bagi produsen utama.
Kondisi pasar minyak yang fluktuatif memberikan peluang bagi negara-negara penghasil untuk melakukan penyesuaian strategi dalam rangka menjaga stabilitas harga. Meskipun ada penurunan proyeksi harga oleh lembaga seperti Goldman Sachs, optimisme terhadap pemulihan ekonomi global masih menjadi pendorong utama kenaikan harga minyak. Dengan kolaborasi yang lebih baik antara produsen dan konsumen, serta adopsi teknologi ramah lingkungan, dunia dapat menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dalam pengelolaan energi.