Penjualan kendaraan listrik buatan produsen terkenal asal Amerika menghadapi tantangan besar di pasar internasional. Produsen mobil listrik Tesla mencatat penurunan signifikan sebesar 49% dalam dua bulan pertama tahun ini di wilayah Eropa. Padahal, industri otomotif global menyaksikan pertumbuhan pesat dalam penjualan mobil listrik secara keseluruhan. Menurut laporan dari Asosiasi Produsen Kendaraan Eropa, performa buruk Tesla disebabkan oleh beberapa faktor utama. Pertama, desain produk yang kurang berinovasi dan dianggap membosankan oleh konsumen. Kedua, sikap kontroversial kepala perusahaan, Elon Musk, yang memicu kecaman luas di kalangan masyarakat Eropa.

Kompetisi semakin ketat dengan adanya pesaing baru dari Tiongkok. Saat ini, BYD menjadi salah satu ancaman terbesar bagi dominasi Tesla di pasar global. Pada awal tahun ini, BYD mencatat pendapatan rekor sebesar 777,1 miliar yuan (sekitar Rp169 triliun) berkat lonjakan penjualan kendaraan listrik dan hybrid-nya hampir 40%. Perusahaan tersebut juga meluncurkan teknologi pengisian daya cepat untuk kendaraan listrik yang menjanjikan waktu pengisian mendekati pompa bahan bakar tradisional. Sebaliknya, Tesla mengalami penurunan drastis dalam jumlah unit kendaraan yang terjual di Eropa selama Januari dan Februari, meskipun permintaan mobil listrik secara umum meningkat lebih dari 28%.

Tantangan politik dan operasional turut memengaruhi reputasi Tesla di tingkat global. Di AS dan Eropa, dukungan Musk kepada partai sayap kanan seperti AfD di Jerman telah menimbulkan kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk media dan para pemimpin politik. Selain itu, kendaraan andalan terbaru Tesla, Cybertruck, menghadapi serangkaian masalah recall karena cacat produksi. Situasi ini menunjukkan bahwa inovasi teknologi saja tidak cukup tanpa dukungan strategi bisnis yang kuat serta hubungan baik dengan pelanggan. Dalam era persaingan ketat, kolaborasi dan respons cepat terhadap kebutuhan pasar sangat penting untuk menjaga posisi sebagai pemimpin industri.