Pada akhir pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan hingga 3,6%. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap berbagai faktor domestik dan global. Dalam sesi perdagangan hari Jumat, indeks turun hingga 233 poin ke level 6.251,67. Transaksi yang ramai mencapai Rp 12,87 triliun dengan lebih dari 15 miliar saham diperdagangkan. Analisis menunjukkan bahwa tekanan jual asing telah mencapai Rp 18,98 triliun sejak awal tahun. Para analis memperingatkan bahwa koreksi ini masih berpotensi berlanjut, sementara BEI merencanakan pertemuan mendesak untuk mencari solusi.
Pada hari Jumat, 28 Februari 2025, di Jakarta, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam hingga 3,6% menjelang penutupan perdagangan. Pukul 15.40 WIB, indeks ditutup pada level 6.251,67 setelah mengalami penurunan 233 poin. Total transaksi mencapai Rp 12,87 triliun melibatkan 15,81 miliar saham dalam 1,14 juta kali transaksi. Penurunan ini seiring dengan aksi jual masif oleh investor asing yang telah mencapai Rp 18,98 triliun sepanjang tahun ini.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyatakan bahwa investor harus lebih selektif dalam memilih saham dan memperhatikan perkembangan makroekonomi serta laporan kinerja perusahaan. Sentimen negatif bursa global dan minimnya sentimen positif domestik juga berkontribusi pada penurunan ini. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, mengumumkan akan mengadakan pertemuan dengan pelaku pasar pada Senin mendatang untuk membahas langkah-langkah yang dapat diambil.
Dari perspektif seorang jurnalis, situasi ini menunjukkan betapa rentannya pasar modal terhadap sentimen global dan domestik. Penting bagi investor untuk tetap waspada dan bijak dalam mengambil keputusan investasi. Meskipun kondisi saat ini tampak suram, para analis tetap melihat potensi beli di harga murah sebagai peluang bagi investor jangka panjang. Langkah cepat dari BEI juga menunjukkan komitmen kuat untuk menjaga stabilitas pasar.