Berita
Peran Penting Kota Pelabuhan dalam Perekonomian Majapahit
2025-03-27

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Majapahit di Jawa Timur didukung oleh tiga kota utama yang menjadi pusat perdagangan internasional. Kota-kota ini tidak hanya menopang perekonomian masyarakat lokal tetapi juga memperkuat hubungan dagang antarbangsa. Tuban, Gresik, dan Surabaya menjadi simbol penting dalam jaringan perdagangan kerajaan tersebut. Tanpa adanya sistem pertahanan fisik seperti tembok, kota-kota ini menjadi tempat singgah para pedagang asing dengan mudah.

Komoditas seperti sutera, keramik dari Cina, kain dari India, serta dupa dari Arab masuk melalui pelabuhan-pelabuhan ini sebagai bentuk pertukaran dagang. Rempah-rempah dan hasil bumi dari wilayah Majapahit kemudian dikirim keluar untuk memenuhi permintaan pasar global. Kota-kota ini juga berfungsi sebagai jalur penghubung menuju ibu kota Majapahit, di mana para pedagang asing tinggal sementara untuk menjalankan aktivitas dagang mereka.

Jalur Perdagangan Antarbangsa di Tiga Kota Utama

Tuban, Gresik, dan Surabaya menjadi tulang punggung perdagangan internasional Majapahit. Dengan lokasi strategis di pesisir utara Pulau Jawa, ketiganya membuka akses bagi kapal-kapal asing yang datang dari berbagai penjuru dunia. Tuban, terletak di perbatasan Rembang, sering kali menjadi pelabuhan pertama bagi pedagang asing sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke dua kota lainnya.

Dari Tuban, pedagang asing kemudian melanjutkan perjalanan ke Gresik, yang dapat dicapai dalam waktu setengah hari. Kota ini dikenal sebagai titik transit yang menghubungkan Tuban dengan Surabaya. Setelah mencapai Surabaya, para pedagang akan menggunakan perahu kecil untuk melanjutkan perjalanan ke Canggu, sebuah pasar ramai yang terletak sekitar 40 kilometer dari Surabaya. Jalur ini akhirnya membawa mereka ke Ibu Kota Majapahit, di mana perdagangan lebih intensif dilakukan.

Pertukaran Komoditas dalam Jejak Perdagangan Majapahit

Selain sebagai jalur perdagangan, kota-kota pelabuhan ini juga menjadi pusat transaksi komoditas penting dari luar negeri. Barang-barang impor seperti sutera dan keramik Cina, kain India, serta dupa Arab dibawa oleh para pedagang asing yang berlabuh di pelabuhan-pelabuhan tersebut. Barang-barang ini kemudian ditukar dengan rempah-rempah, hasil bumi, dan produk-produk lokal lainnya dari wilayah Majapahit.

Hubungan dagang ini menciptakan dinamika ekonomi yang signifikan. Para pedagang asing dari berbagai negara seperti Campa, Khmer, Thailand, Burma, Srilangka, dan India tidak hanya melakukan transaksi namun juga tinggal sementara di ibu kota Majapahit. Mereka dikenai pajak sesuai dengan praktik umum di wilayah Jawa pada masa itu. Selain itu, bukti arkeologis menunjukkan bahwa selain keramik Cina, Majapahit juga mengimpor barang-barang dari Vietnam (Annam), termasuk piring, mangkuk, cepuk, dan gelas besar. Hal ini menunjukkan betapa luasnya jaringan perdagangan yang dikembangkan oleh Majapahit pada zaman kejayaannya.

more stories
See more