Pasar saham di Indonesia membukukan kenaikan signifikan pada perdagangan pagi ini, didorong oleh sentimen positif dari kebijakan dagang global dan peningkatan cadangan devisa domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melonjak hampir 76 poin, mencapai level 6.444. Aktivitas transaksi menunjukkan dominasi penguatan dengan sebagian besar saham mengalami kenaikan. Sentimen utama berasal dari langkah Amerika Serikat yang menunda penerapan tarif baru untuk barang elektronik, meskipun ketidakpastian masih berlanjut.
Berkaitan dengan kondisi domestik, posisi cadangan devisa Indonesia juga mengalami peningkatan signifikan pada akhir Maret 2025. Kenaikan tersebut mendukung upaya Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan pasar global. Langkah ini menjadi salah satu faktor penting dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Sentimen perdagangan global terus dipengaruhi oleh dinamika hubungan dagang antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya. Pemerintah AS baru-baru ini membuat keputusan strategis dengan menunda penerapan tarif baru untuk produk elektronik tertentu, termasuk smartphone dan perangkat semikonduktor. Keputusan ini memberikan dorongan positif bagi pasar saham Asia, termasuk IHSG yang membukukan kenaikan signifikan.
Aksi penundaan ini dilakukan sebagai bagian dari negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung antara AS dan beberapa negara, seperti Vietnam, India, Korea Selatan, dan Jepang. Meskipun demikian, kebijakan ini bersifat sementara dan dapat berubah sewaktu-waktu. Donald Trump menyatakan bahwa produk-produk yang dikenai pengecualian tetap tunduk pada tarif fentanil 20%. Hal ini menunjukkan adanya potensi ketidakpastian yang mungkin mempengaruhi stabilitas pasar di masa mendatang. Negosiasi lebih lanjut antara AS dan mitra dagangnya akan menjadi fokus utama dalam waktu dekat, dengan kemungkinan pengumuman tarif baru untuk komponen semikonduktor minggu depan.
Pertumbuhan cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2025 menjadi indikator positif dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Posisi cadangan meningkat hingga US$ 157,1 miliar, naik dari angka sebelumnya sebesar US$ 154,5 miliar. Kenaikan ini dipicu oleh pembaruan aturan terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA), yang bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan SDA demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Cadangan devisa yang kuat ini memberikan dukungan penting bagi Bank Indonesia dalam menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah. Sumber tambahan cadangan berasal dari penerimaan pajak, jasa, serta pinjaman luar negeri pemerintah. Dengan jumlah cadangan yang setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri, Indonesia memiliki fondasi yang cukup kokoh untuk menghadapi gejolak pasar global. Bank Indonesia optimistis bahwa cadangan devisa ini akan memperkuat ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan secara keseluruhan.