Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah Presiden Donald Trump menegaskan bahwa tarif impor sebesar 145% untuk produk China tetap berlaku. Pernyataan ini diumumkan menjelang perundingan formal pertama yang akan berlangsung di Swiss, setelah ketegangan perdagangan berkepanjangan sejak bulan Maret. Trump juga membantah tuduhan bahwa AS adalah pihak yang memulai putaran negosiasi ini. Perang tarif kedua negara telah berdampak signifikan pada pasar saham AS dan potensi perubahan besar dalam ekonomi global.
Dalam suasana politik yang semakin tegang, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan kebijakan tarif tinggi terhadap produk-produk dari China tidak akan dicabut. Hal ini disampaikan pada acara pelantikan Duta Besar AS untuk China, David Perdue, yang berlangsung beberapa hari lalu. Trump dengan tegas menegaskan bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi ekonomi AS dari kerugian besar yang selama ini dialami.
Di tengah spekulasi tentang kemungkinan pengurangan tarif untuk memuluskan negosiasi perdagangan, Trump justru menepis ide tersebut. Ia menyatakan bahwa klaim China bahwa AS-lah yang memulai pembicaraan hanyalah tuduhan salah tempat. “Mereka harus memeriksa ulang dokumen mereka,” ujar Trump dengan nada tegas.
Pernyataan ini langsung memengaruhi pasar modal AS, dengan Indeks Dow Jones Industrial Average mencatat penurunan sebesar 0,3%. Ketegangan perdagangan ini diperkirakan akan berdampak lebih luas, seperti yang diungkapkan oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Menurut Powell, hasil negosiasi dagang ini dapat mengubah dinamika ekonomi secara mendalam, baik bagi AS maupun mitra dagangnya.
Bertempat di Swiss, pertemuan pekan ini menjadi kesempatan pertama bagi kedua negara untuk membahas masalah dagang secara formal sejak ketegangan berkepanjangan dimulai pada bulan Maret. Sebagai balasan atas kebijakan tarif AS, China telah mengancam untuk membatasi impor produk pertanian AS.
Dari perspektif seorang jurnalis, pernyataan keras Trump menunjukkan betapa seriusnya AS dalam melindungi posisi ekonominya di panggung internasional. Namun, langkah ini juga membawa risiko besar, termasuk dampak negatif pada stabilitas pasar global. Bagi pembaca, situasi ini mengingatkan pentingnya diplomasi ekonomi yang bijaksana agar konflik dagang tidak merugikan semua pihak yang terlibat.