Gaya Hidup
Perubahan Paradigma Dunia Kerja: Generasi Z Menghadapi Tantangan Baru
2025-05-16

Di tengah dominasinya di angkatan kerja global, Generasi Z menghadapi berbagai tantangan yang memunculkan perspektif baru tentang budaya kerja. Studi dari Intelligent menunjukkan bahwa hampir tiga perempat perusahaan di Amerika Serikat merasa tidak puas dengan kinerja karyawan Gen Z mereka. Namun, narasi ini dibantah oleh Milly Rose Bannister, pendiri lembaga kesehatan mental ALLKND, yang menyatakan bahwa banyak anak muda justru meninggalkan pekerjaan karena lingkungan kerja yang tidak fleksibel dan kurang relevan dengan nilai-nilai mereka. Artikel ini akan membahas bagaimana cara pandang generasi ini terhadap kesuksesan serta kebutuhan mereka untuk mendapatkan pengakuan dan fleksibilitas dalam bekerja.

Berdasarkan laporan studi tersebut, sekitar 60% perusahaan bahkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan Gen Z karena alasan seperti jam masuk yang dinilai terlalu siang atau permintaan gaji yang tinggi. Meski begitu, Milly Rose Bannister memberikan sudut pandang lain. Menurutnya, anak-anak muda ini lebih memilih keluar dari sistem kerja konvensional yang dianggap ketinggalan zaman. "Generasi Z tidak lagi melihat karier sebagai sumber kelelahan tanpa makna," ujar Bannister, yang menjelaskan bahwa bagi mereka, sukses tidak hanya dilihat dari waktu yang dihabiskan di tempat kerja tetapi juga dari peluang berkembang dan rasa otonomi yang diberikan.

Banyak perusahaan masih menganut pola lama yang menekankan pada durasi kerja daripada hasil nyata. Hal ini menciptakan ketidaksesuaian antara harapan manajemen dan motivasi para karyawan muda. Bannister menegaskan bahwa jika diberikan ruang yang tepat, termasuk tujuan yang jelas dan sistem kerja modern, maka Gen Z dapat melebihi ekspektasi. Fleksibilitas bukan hanya sekadar tren, tetapi juga faktor penentu produktivitas.

Dari sudut pandang Jacqui Gueye, direktur program di Torrens University Language Centre, ia melihat perlunya transformasi dalam pendekatan manajemen terhadap generasi ini. Gueye menyoroti pentingnya mengenali prioritas Gen Z seperti keseimbangan hidup dan kesehatan mental. Ia juga menambahkan bahwa gaya komunikasi digital mereka sering disalahartikan sebagai ketidakmampuan berkomunikasi padahal itu adalah adaptasi terhadap perkembangan teknologi.

Kebiasaan umpan balik instan dari media sosial membuat Gen Z sangat menghargai arahan dan pengembangan pribadi di tempat kerja. Mereka membutuhkan ekspektasi yang jelas serta pendampingan untuk tetap termotivasi. Dengan pendekatan personal seperti coaching, potensi inovatif dan kemampuan digital mereka bisa menjadi aset besar bagi organisasi.

Menghadapi perbedaan paradigma ini, perusahaan perlu menyesuaikan strategi agar tetap relevan dengan nilai-nilai Gen Z. Melalui fleksibilitas, pengakuan atas kontribusi, serta sistem yang mendukung pertumbuhan profesional, dunia kerja dapat menciptakan lingkungan yang saling menguntungkan bagi semua pihak.

more stories
See more