Dalam situasi gejolak pasar yang semakin meningkat, para investor mulai mencari peluang dalam aset-aset yang dianggap lebih aman. Emas telah menjadi pilihan favorit bagi banyak kalangan sebagai bentuk lindung nilai terhadap ketidakstabilan ekonomi global, termasuk dampak dari kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Namun, lembaga keuangan ternama seperti Goldman Sachs melihat potensi lain dengan memproyeksikan yen Jepang sebagai aset perlindungan utama. Mereka memperkirakan mata uang tersebut akan menguat hingga level 140 per dolar AS pada tahun ini.
Bukan hanya emas dan yen yang mendapatkan perhatian, tetapi juga logam mulia lainnya seperti perak, paladium, dan platinum. Beberapa bank investasi besar, termasuk Bank of America (BofA) dan UBS, juga menaikkan target harga emas mereka untuk periode mendatang. Di sisi lain, yen Jepang dinilai sebagai opsi alternatif yang efektif dalam menghadapi risiko resesi ekonomi Amerika Serikat. Meskipun yen menghadapi beberapa tantangan, proyeksi kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan (BoJ) memberikan harapan baru bagi mata uang ini.
Harga emas telah mencatatkan kenaikan signifikan sepanjang kuartal ini, mencapai angka tertinggi sejak September 1986. Kenaikan ini tidak hanya didorong oleh permintaan investor individu tetapi juga oleh institusi besar seperti bank sentral dan dana investasi. Seiring tren ini, beberapa bank investasi terkemuka memperbarui prediksi harga mereka, dengan Goldman Sachs memproyeksikan harga emas akan mencapai US$3.300 per ons pada akhir tahun.
Selain itu, harga logam mulia lainnya seperti perak, paladium, dan platinum juga ikut meningkat. Faktor-faktor yang mendorong kenaikan ini antara lain adalah ketegangan geopolitik, ketidakpastian ekonomi, serta kebijakan moneter bank sentral di berbagai negara. Para analis menyatakan bahwa permintaan atas emas dan logam mulia lainnya dipicu oleh ekspektasi perlambatan ekonomi global, terutama di Amerika Serikat. Dengan kondisi ini, emas dianggap sebagai benteng terakhir bagi investor yang ingin melindungi portofolio mereka dari volatilitas pasar.
Meskipun emas menjadi pilihan populer, yen Jepang juga menarik perhatian sebagai alat lindung nilai. Goldman Sachs optimistis bahwa yen akan menguat ke level 140 per dolar AS pada tahun ini, sebuah proyeksi yang jauh lebih agresif dibandingkan konsensus pasar. Menurut Kamakshya Trivedi, kepala strategi global di Goldman Sachs, yen sangat efektif sebagai lindung nilai ketika saham dan suku bunga riil AS mengalami penurunan simultan.
Di tengah spekulasi tentang kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ), ada indikasi kuat bahwa suku bunga akan naik dalam waktu dekat. Hal ini dapat memperkuat posisi yen sebagai aset aman di masa depan. Meskipun yen sempat melemah secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, data terbaru menunjukkan adanya penurunan posisi jual oleh hedge fund. Ini menunjukkan bahwa keyakinan pasar terhadap yen mulai meningkat, meskipun masih ada risiko yang harus diwaspadai akibat perbedaan suku bunga dengan Amerika Serikat.