Pasar minyak global sedang menghadapi tekanan signifikan akibat ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Ketidakpastian ini menyebabkan harga minyak berfluktuasi, meskipun ada penurunan dalam pasokan bahan bakar di AS. Organisasi Internasional Energi (IEA) telah menyesuaikan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global, mencerminkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dunia. Selain itu, eskalasi konflik dagang telah memperburuk situasi pasar minyak.
Hubungan dagang yang semakin tegang antara AS dan Tiongkok telah menjadi faktor utama dalam fluktuasi harga minyak. Setelah pemerintah AS meningkatkan tarif impor terhadap produk-produk Tiongkok, reaksi dari Beijing berupa larangan pengiriman pesawat Boeing menambah ketidakstabilan di pasar energi. Dalam beberapa hari terakhir, harga minyak Brent telah turun secara berturut-turut, walaupun sempat naik sesaat pada perdagangan tertentu. Laporan dari Refinitiv menunjukkan bahwa minyak mentah jenis Brent ditutup stagnan, sementara West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan tipis.
Organisasi IEA memproyeksikan bahwa permintaan minyak global akan melambat lebih tajam dibandingkan prediksi sebelumnya. Angka ini menurun hampir 300 ribu barel per hari, mencerminkan dampak negatif dari ketegangan perdagangan global. Lebih lanjut, IEA juga memperingatkan bahwa produksi minyak AS mungkin tidak akan berkembang secepat yang diperkirakan, sebagai hasil dari kebijakan proteksionisme Donald Trump.
Banyak institusi keuangan besar seperti UBS, BNP Paribas, dan HSBC telah merevisi estimasi harga minyak mereka untuk tahun ini. Mereka mempertimbangkan potensi resesi global yang bisa dipicu oleh perang dagang yang berkepanjangan. Meskipun demikian, laporan dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan adanya kenaikan stok minyak mentah AS, tetapi disertai dengan penurunan signifikan dalam stok bensin dan distilat. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada ketidakpastian global, permintaan bahan bakar masih cukup kuat di beberapa sektor.
Ketegangan perdagangan global dan revisi proyeksi permintaan minyak oleh lembaga internasional telah menciptakan lingkungan yang penuh tantangan bagi pelaku pasar minyak. Sementara ketidakpastian terus meningkat, para analis memperkirakan bahwa volatilitas harga minyak akan terus berlanjut sampai ada penyelesaian definitif atas konflik dagang antara dua negara besar tersebut.