Kemajuan perdagangan karbon di Indonesia menunjukkan peluang signifikan bagi negara ini untuk menjadi pemimpin pasar karbon regional dan global. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, regulasi yang mendukung, serta komitmen kuat terhadap emisi nol bersih, Indonesia memiliki fondasi yang kokoh untuk mengembangkan ekosistem perdagangan karbon. Penguatan infrastruktur seperti IDX Karbon dan posisi strategis dalam dinamika pasar karbon semakin memperkuat potensi ini.
Pengembangan sistem perdagangan karbon bertujuan untuk meningkatkan volume transaksi baik di tingkat domestik maupun internasional. Unit karbon dari berbagai sektor diperkirakan akan meningkat, sehingga mendorong pertumbuhan perdagangan karbon. Selain itu, produk derivatif unit karbon diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan daya tarik pasar karbon. Transparansi dan akuntabilitas juga menjadi aspek penting melalui pengembangan sistem ESG reporting yang mengacu pada standar internasional.
Perdagangan bursa karbon di Indonesia telah mencatat angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan Jepang dan Malaysia. Volume transaksi hingga 24 Februari 2025 mencapai 1.557.000 ton CO2 setara, senilai Rp 76,56 miliar. Jumlah pengguna jasa juga meningkat dari 16 menjadi 107 pengguna, dengan total unit karbon yang dapat diperdagangkan mencapai 2.242.000 ton. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk memimpin pasar karbon di kawasan ASEAN dan global.
Pertumbuhan perdagangan karbon di Indonesia bukan hanya mencerminkan kemajuan teknis dan regulasi, tetapi juga menegaskan komitmen negara ini terhadap lingkungan dan berkelanjutan. Dengan langkah-langkah yang solid, Indonesia dapat memberikan kontribusi nyata dalam upaya global mengurangi emisi gas rumah kaca dan menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.