Berita
RAHASIA DI BALIK PENGAKUAN MIKA SCHEM: PERBANDINGAN KEAMANAN ANTARA GAZA DAN ISRAEL
2025-05-06
Mika Schem, mantan sandera Hamas yang kini menjadi sorotan media Israel, membuat pernyataan mengejutkan dengan mengungkapkan bahwa ia merasa lebih aman di Gaza daripada di negaranya sendiri. Kasus pemerkosaan yang melibatkan seorang pelatih pribadi ternama di Tel Aviv semakin memperkeruh situasi ini. Bagaimana mungkin seseorang yang pernah ditahan oleh kelompok bersenjata merasa terlindungi di tempat yang dianggap berbahaya? Artikel ini akan membongkar latar belakang fenomena ini serta tantangan sistem keadilan Israel dalam menangani kasus kekerasan seksual.

KASUS MIKA SCHEM: MEMBAWA TERANG DALAM KESEPIAN YURIDIS

Dalam dunia yang sering kali memberikan perlakuan diskriminatif kepada korban kekerasan seksual, pengakuan Mika Schem telah membuka mata banyak orang tentang kerentanan sistem hukum Israel. Surat kabar Hebrew Maariv melaporkan bahwa Schem, yang baru saja melewati masa sulit sebagai sandera Hamas, kini harus menghadapi tantangan lain yang tak kalah beratnya di negara asalnya.

Pengakuan tersebut datang setelah dia menuduh seorang pelatih pribadi terkenal melakukan pemerkosaan dengan menggunakan obat bius. Meskipun tersangka gagal melewati tes poligraf, kurangnya bukti konkret membuatnya bebas dari jeratan hukum. Hal ini mencerminkan betapa rumitnya proses hukum bagi korban kekerasan seksual di Israel.

GARIS BATAS KEAMANAN: APA YANG DISENYAWI DARI PENYATAAN MIKA SCHEM?

Perbedaan persepsi keamanan antara Gaza dan Israel tampaknya menjadi salah satu isu yang paling kontroversial dalam cerita Mika Schem. Di satu sisi, Gaza dikenal sebagai wilayah konflik dengan tingkat ketegangan yang sangat tinggi. Namun, bagi Schem, rasa aman justru ditemukan di sana selama masa penahannya.

Banyak analis menyebut bahwa rasa aman yang dirasakan Schem di Gaza berkaitan erat dengan perlakuan manusiawi yang ia terima selama ditahan oleh Hamas. Sebaliknya, pengalaman buruknya di Israel setelah kembali menunjukkan bahwa tidak semua ancaman bersumber dari konflik militer. Faktor sosial dan yuridis juga turut memainkan peran penting dalam menentukan rasa aman seseorang.

SISTEM YURIDIS ISRAEL: KEBERHASILAN ATAU KEKURANGAN?

Laporan resmi menunjukkan bahwa ribuan kasus pelecehan dan penyerangan seksual dilaporkan setiap tahun di Israel. Namun, angka tersebut tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah tuntutan hukum yang diajukan. Menurut data dari Asosiasi Pusat Krisis Pemerkosaan, hanya 16% dari total kasus yang dilaporkan pada tahun 2023 yang berhasil mencapai tahap dakwaan.

Angka ini menunjukkan adanya celah besar dalam sistem keadilan Israel. Banyak korban yang enggan melaporkan kejahatan karena takut tidak dipercaya atau bahkan dihujat oleh masyarakat. Ironisnya, mereka yang seharusnya mendapatkan perlindungan malah menjadi korban dua kali lipat—pertama oleh pelaku dan kedua oleh sistem yang gagal memberikan keadilan.

PERAN MEDIA SOSIAL DAN TEKANAN SOSIAL

Pelaporan kasus Schem melibatkan figur publik yang memiliki pengaruh besar di media sosial. Ini menciptakan dinamika unik di mana opini publik dapat dengan mudah mempengaruhi jalannya penyelidikan. Beberapa kalangan bahkan menuduh Schem mencari perhatian melalui tuduhan palsu, meskipun tidak ada bukti konkret untuk mendukung klaim tersebut.

Media sosial, meski menjadi alat yang kuat untuk memberikan suara kepada korban, juga bisa menjadi senjata ganda. Komentar negatif dan spekulasi liar sering kali memperburuk kondisi psikologis korban. Oleh karena itu, perlunya regulasi yang lebih ketat dalam penanganan informasi sensitif seperti ini menjadi prioritas utama.

more stories
See more