Gaya Hidup
Rajawali dari Semarang: Kisah Oei Hui-lan, Ibu Negara China Berdarah Indonesia
2025-06-01

Pada masa-masa awal abad ke-20, seorang wanita bernama Oei Hui-lan memperoleh perhatian dunia sebagai istri pejabat penting di China. Wanita ini memiliki latar belakang unik, lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada tahun 1889. Putri dari pengusaha kaya raya Oei Tiong Ham, yang dikenal sebagai "Raja Gula Dunia," Oei Hui-lan hidup dalam kemewahan sejak kecil. Namun, kehidupannya mengambil arah baru ketika ia bertemu Wellington Koo, seorang diplomat ternama dari China. Pernikahan mereka membawa Oei Hui-lan ke panggung internasional, menjadikannya ibu negara Republik China selama beberapa waktu. Kisahnya menjadi bagian penting dari hubungan lintas budaya antara Indonesia dan China.

Sebagai putri dari salah satu keluarga terkaya di Indonesia pada masanya, Oei Hui-lan tumbuh dalam lingkungan penuh kemewahan. Ayahnya, Oei Tiong Ham, memiliki kekayaan senilai hingga Rp 44 triliun dalam nilai saat itu. Dengan rumah luas seluas 80 hektar di Semarang, Oei Hui-lan menikmati gaya hidup yang tak terjangkau oleh banyak orang. Sejak kecil, ia dikelilingi oleh fasilitas mewah, termasuk villa pribadi, staf rumah tangga, dan berbagai hiburan yang disediakan untuk setiap acara ulang tahunnya. Hal ini membuatnya dikenal sebagai sosok yang diidam-idamkan oleh banyak orang di zamannya.

Kehidupan Oei Hui-lan berubah drastis ketika ia pindah ke London bersama ibunya setelah perceraian orang tuanya. Di sana, ia bertemu Wellington Koo, seorang diplomat China yang sedang menjalankan misi di Inggris. Koo adalah tokoh sentral dalam politik China pada saat itu, bahkan ikut membantu mendirikan Liga Bangsa-Bangsa. Setelah menikah pada tahun 1921, Oei Hui-lan mulai menemani suaminya dalam tugas-tugas diplomasi, yang akhirnya membawanya ke posisi tertinggi sebagai ibu negara China ketika Koo menjadi pelaksana tugas Presiden Republik China pada tahun 1926.

Bahkan setelah masa jabatannya berakhir, Oei Hui-lan tetap aktif dalam kancah internasional. Pasangan tersebut tinggal di berbagai lokasi, termasuk Shanghai, Paris, dan London, hingga akhirnya mereka bercerai pada tahun 1958. Setelah itu, Oei Hui-lan memilih tinggal di New York, tempat ia fokus pada pendidikan anak-anaknya. Meskipun begitu, dia tidak melupakan akarnya di Indonesia. Pada tahun 1980-an, ia mencoba membangun bisnis di Tanah Air, meskipun usaha tersebut tidak berhasil sesuai harapan.

Kehidupan Oei Hui-lan berakhir pada tahun 1992 di New York, jauh dari tanah kelahirannya di Semarang. Namun, warisan yang ditinggalkannya sebagai perempuan dengan pengaruh besar di dunia diplomatik dan politik tetap menjadi simbol kuat dari hubungan erat antara Indonesia dan China. Perjalanan hidupnya adalah bukti bahwa keberanian dan adaptasi dapat membawa seseorang mencapai prestasi luar biasa di tingkat global.

more stories
See more