Gubernur Jakarta, Pramono Anung, mengumumkan rencana untuk memindahkan patung MH Thamrin dari Jalan Medan Merdeka Selatan ke Jalan MH Thamrin di pusat kota. Pengumuman ini disampaikan dalam acara Halalbihalal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta pada bulan April 2025. Dalam kesempatan tersebut, Gubernur menegaskan pentingnya simbolisme patung sebagai penghormatan kepada tokoh yang telah berjasa besar bagi perkembangan Jakarta. Acara juga dimeriahkan oleh budaya Betawi melalui musik tradisional dan tarian.
Pada Sabtu pagi di Gedung Dakwah Muhammadiyah DKI Jakarta, Gubernur Pramono Anung menyampaikan sambutan dalam perayaan bertema “Menghadirkan Bahagia dalam Dakwah Muhammadiyah di DKI Jakarta”. Hadir dalam acara tersebut Ketua DPRD Jakarta Khairudin, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jakarta Akhmad H. Abubakar, serta para undangan lainnya.
Dalam pidatonya, Pramono menyoroti ketidaksesuaian lokasi patung MH Thamrin dengan nama jalan yang menghormati tokoh tersebut. Menurutnya, meskipun banyak pejabat di Jakarta berasal dari suku Betawi, tidak ada protes terkait penempatan patung ini. Sebaliknya, gubernur asal Jawa lah yang pertama kali menyoroti isu ini. Oleh karena itu, ia memutuskan bahwa patung tersebut harus dipindahkan ke Jalan MH Thamrin sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi tokoh ini kepada Jakarta.
Pramono juga menekankan bahwa relokasi ini akan dilakukan dengan menggunakan anggaran KLB (Kebersihan Lingkungan Bersih) sehingga transparansi dapat terjaga. Baginya, patung MH Thamrin bukan hanya lambang Betawi tetapi juga identitas ibu kota secara keseluruhan. Dengan demikian, ia ingin agar patung ini mendapatkan tempat yang lebih strategis dan mencerminkan nilai sejarah yang sama seperti patung Jenderal Soedirman.
Sebagai bagian dari acara, seni Betawi menjadi sorotan utama dengan pertunjukan musik tradisional, ondel-ondel, dan Tari Sirih Kuning yang diramu oleh siswi SMA Muhammadiyah 1 Jakarta. Gerakan lembut mereka dalam kostum kuning cerah menciptakan suasana penuh kegembiraan dan rasa hormat.
Dari perspektif seorang wartawan, relokasi patung ini memberikan pelajaran tentang pentingnya mempertahankan warisan budaya dan sejarah. Setiap langkah pemerintah dalam mengelola ruang publik harus didasarkan pada prinsip penghormatan kepada tokoh-tokoh yang telah berkontribusi besar bagi perkembangan daerah. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya simbol-simbol fisik dalam membentuk identitas kolektif masyarakat urban modern seperti Jakarta.