Pada malam hari Jumat, hujan lebat menerjang Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara, menyebabkan banjir yang melumpuhkan beberapa wilayah. Dampaknya, dua jembatan antardusun roboh dan sekitar 230 kepala keluarga (KK) terisolasi akibat genangan air yang mencapai setinggi pinggang orang dewasa. Banjir ini memengaruhi empat desa, yakni Ponggiha, Tojabi, Batu Ganda, dan Watuliu di Kecamatan Lasusua. Selain merendam puluhan rumah, fasilitas umum seperti masjid, sekolah, serta RSUD Djafar Harun juga tidak luput dari dampak bencana alam tersebut.
Kejadian ini dimulai pada malam hari saat intensitas hujan meningkat drastis antara pukul 23.00 hingga 03.00 WITA. Menurut Andi Faizal, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kolut, luapan sungai menjadi penyebab utama banjir tersebut. Salah satu lokasi yang paling parah adalah Desa Batuganda, di mana dua jembatan vital menghubungkan dusun-dusun ambruk oleh arus deras. Jembatan ini merupakan akses utama bagi warga untuk beraktivitas sehari-hari.
Kondisi buruk semakin diperparah dengan rusaknya tujuh rumah milik warga di Desa Tojabi, yang dilanda arus besar sungai. Akses ke salah satu sekolah juga terputus, sehingga proses belajar-mengajar harus dihentikan sementara waktu. Masbahuddin, Kepala Desa Batuganda, menjelaskan bahwa tanpa adanya alternatif jalur lain, lebih dari 200 KK warganya kini dalam kondisi terisolasi total.
Tanggap darurat telah dilakukan oleh berbagai pihak terkait, termasuk BPBD, Damkar, Dinas Pekerjaan Umum (PU), Satpol PP, TNI, dan Polri. Tim gabungan ini bekerja sama untuk melakukan evakuasi warga, membersihkan rumah-rumah yang terkena dampak banjir, serta membuka akses sementara bagi komunikasi antar-desa. Dinas Sosial (Dinsos) pun turun langsung ke lokasi untuk memberikan bantuan logistik kepada para korban.
Situasi perlahan mulai membaik setelah tingkat air surut, namun tantangan pemulihan infrastruktur tetap menjadi fokus utama. Upaya koordinasi lintas sektor terus digalakkan guna memastikan semua kebutuhan dasar warga terpenuhi selama masa darurat berlangsung. Kerja sama ini diharapkan dapat mempercepat normalisasi aktivitas sehari-hari di daerah yang terdampak.