Pemimpin Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan niatnya untuk merubah nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab. Keputusan ini diprediksi akan menimbulkan ketegangan baru di wilayah tersebut, khususnya dengan Iran yang menentang keras rencana tersebut. Selama kunjungan ke beberapa negara Arab pada tahun 2025 mendatang, Trump berencana untuk secara resmi memperkenalkan penyebutan baru terhadap jalur perairan strategis itu. Hal ini menciptakan polemik besar, karena sejarah dan identitas budaya menjadi bagian penting dari perdebatan.
Presiden AS, Donald Trump, dikabarkan sedang mempertimbangkan penggunaan istilah "Teluk Arab" sebagai alternatif bagi nama "Teluk Persia". Informasi ini pertama kali muncul dari laporan media domestik AS, menyebut bahwa Trump akan mengumumkan kebijakan tersebut selama kunjungan resminya ke wilayah Arab pada bulan Mei 2025. Kunjungan ini akan membawa dia ke Arab Saudi, Qatar, serta Uni Emirat Arab. Dalam diskusi awalnya di Gedung Putih, Trump menyatakan bahwa ia ingin membuat keputusan yang tidak melukai pihak manapun, meskipun ia juga menyadari kemungkinan adanya kontroversi.
Ketegangan antara Iran dan negara-negara Arab tentang nama perairan ini bukanlah hal baru. Iran secara tegas menyatakan bahwa "Teluk Persia" adalah nama yang telah digunakan sejak zaman kuno, didukung oleh dokumentasi historis seperti peta kuno. Di sisi lain, negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Irak lebih suka menggunakan istilah "Teluk Arab", yang mereka anggap lebih sesuai dengan konteks modern. Ketegangan ini semakin meningkat saat Trump mulai mempertimbangkan langkah ini.
Keputusan Trump diperkirakan akan memiliki dampak signifikan pada hubungan diplomatik di wilayah tersebut. Iran telah memberikan respons yang tajam terhadap rencana tersebut, menyatakan bahwa usaha untuk mengubah nama ini merupakan bentuk penistaan terhadap identitas nasional mereka. Pada saat yang sama, negara-negara Arab tampaknya mendukung gagasan ini sebagai cara untuk menunjukkan solidaritas terhadap posisi mereka sendiri. Perdebatan ini mencerminkan kompleksitas geopolitik di Timur Tengah, di mana setiap kata atau tindakan dapat memicu konflik yang lebih besar.
Pada akhirnya, rencana Trump untuk mengganti nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab menyoroti dinamika kuasa di dunia internasional. Kebijakan ini tidak hanya mempengaruhi hubungan antarnegara di wilayah tersebut tetapi juga menunjukkan betapa sensitifnya isu identitas dalam politik global. Bagaimanapun, keputusan ini akan menandai titik balik baru dalam sejarah hubungan antara Iran dan negara-negara tetangganya di kawasan Teluk.