Pada awal perdagangan hari ini, rupiah menguat seiring dengan sentimen positif dari dalam negeri maupun luar negeri. Meskipun investor masih menunggu berbagai data ekonomi global yang akan dirilis minggu ini, upaya diplomasi Indonesia terhadap kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) memberikan harapan baru bagi stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, ekspektasi surplus neraca perdagangan bulan Maret 2025 juga menjadi pendorong utama pemulihan mata uang nasional ini. Bank Sentral China (PBoC) juga siap mengumumkan kebijakan suku bunga, yang dapat memengaruhi dinamika pasar global.
Di tengah ketegangan dagang global, langkah diplomasi Indonesia terhadap AS membawa angin segar. Pertemuan langsung antara delegasi Indonesia dengan US Trade Representative (USTR) dan Department of Commerce di Washington berhasil menciptakan dialog yang konstruktif. Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, negosiasi tersebut menghasilkan kesepakatan format kerja sama yang akan dipertimbangkan secara menyeluruh dalam waktu dua bulan ke depan. Langkah ini diharapkan dapat meredam dampak buruk dari kebijakan tarif AS terhadap produk Indonesia.
Sementara itu, dari sisi domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan bulan Maret 2025. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan, diperkirakan bahwa Indonesia akan kembali mencatat surplus perdagangan sebesar US$2,63 miliar. Jika prediksi ini benar, maka ini merupakan kali kelima puluh sembilan berturut-turut sejak Mei 2020. Angka ini didorong oleh penurunan ekspor sebesar 3,41% (year on year/yoy), namun tetap dikompensasi oleh pertumbuhan impor sebesar 6,48% yoy.
Dari sisi eksternal, pengumuman kebijakan suku bunga oleh PBoC pada Senin (21/4/2025) juga menjadi sorotan pasar. Dalam situasi perang dagang yang memanas dengan AS, pasar global menantikan langkah-langkah stimulus yang mungkin diambil oleh bank sentral China untuk melindungi perekonomian negara tersebut. Meski suku bunga pinjaman acuan diperkirakan tidak berubah pada April 2025, spekulasi terkait langkah-langkah tambahan yang lebih agresif terus berkembang.
Berbagai faktor baik dari dalam maupun luar negeri telah membantu memperbaiki performa rupiah. Dengan adanya kesepakatan awal antara Indonesia dan AS serta ekspektasi positif dari data ekonomi domestik, rupiah diproyeksikan akan terus menguat dalam beberapa hari mendatang. Sementara itu, kebijakan moneter China juga akan memainkan peran penting dalam menentukan arah pasar global ke depannya.