Pengembangan sektor perbankan syariah di Indonesia semakin menunjukkan dinamika positif dengan rencana spin off PT Bank CIMB Niaga Tbk. Fokus utama dari strategi ini adalah memperkuat posisi anak usaha baru sebagai bank umum syariah. Menurut Lani Darmawan, Presiden Direktur CIMB Niaga, langkah ini dijadwalkan untuk dilaksanakan pada Mei 2026. Selain itu, akan dibentuk kelompok usaha bank (KUB) guna memenuhi persyaratan modal minimum sebesar Rp1 triliun.

Rencana transformasi ini juga membuka peluang kerja sama melalui akuisisi bank syariah lainnya. CIMB Niaga Syariah akan lebih menekankan pada segmen ritel dan Usaha Kecil Menengah (UKM), yang diperkirakan akan menjadi tulang punggung pertumbuhan bisnis ke depannya. Meskipun ada spekulasi tentang pengembangan layanan emas, Lani menjelaskan bahwa saat ini fokus tetap pada peningkatan layanan inti tanpa melibatkan inisiatif bullion banking baru.

Kolaborasi dengan mitra strategis seperti PT Commerce Kapital diproyeksikan akan mendukung kesuksesan spin off ini. Pemegang saham mayoritas CIMB Niaga akan memiliki hampir seluruh kepemilikan CIMB Niaga Syariah, sementara Commerce Kapital hanya mengambil bagian minimal. Statistik kinerja UUS CIMB Niaga antara tahun 2017 hingga 2024 menunjukkan tren positif, dengan pertumbuhan aset mencapai 16,2% per tahun, pembiayaan 20,1%, dan DPK 15,5%. Potensi pasar syariah di Indonesia, didukung oleh jumlah penduduk Muslim yang besar, menjadi salah satu faktor utama dalam mendorong ekspansi ini.

Regulasi terbaru seperti Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan memberikan landasan kuat bagi bank konvensional untuk memisahkan unit usaha syariah mereka. Dengan persyaratan aset minimal Rp50 triliun atau setara dengan 50% aset induk, rencana ini tidak hanya mematuhi regulasi, tetapi juga memperluas cakrawala bisnis CIMB Niaga. Transformasi ini menunjukkan komitmen kuat terhadap prinsip-prinsip syariah dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.