Pada hari Jumat yang juga bertepatan dengan Alweda, akhir bulan Ramadan, gempa bumi besar mengguncang wilayah Myanmar. Dengan kekuatan 7,7 SR, gempa ini terutama mempengaruhi daerah Mandalay dan Sagaing, menyebabkan keruntuhan sekitar 50 masjid serta korban jiwa yang mencapai puluhan. Gempa tersebut terjadi saat umat Muslim sedang melaksanakan salat Jumat, sehingga meningkatkan jumlah korban tewas dan cedera.
Banyak saksi mata menceritakan momen-momen mengerikan ketika atap masjid runtuh tepat di depan mereka. Investigasi awal menunjukkan bahwa lebih dari 100 orang dilaporkan tewas, meskipun angka resmi masih dalam proses verifikasi. Wilayah Mandalay menjadi salah satu area yang paling parah terdampak oleh gempa ini.
Gempa dahsyat yang berpusat di wilayah Mandalay membawa dampak luar biasa pada struktur bangunan, khususnya masjid-masjid yang sedang dipenuhi jamaah. Peningkatan jumlah jamaah pada hari Jumat terakhir Ramadan membuat situasi semakin tragis, dengan banyak korban tewas dan terluka. Beberapa saksi mata mengungkapkan bahwa getaran pertama membuat panik para jamaah, namun tidak semua berhasil keluar sebelum atap runtuh.
Wilayah Mandalay menjadi pusat perhatian karena tingkat kerusakan yang sangat parah. Salah satu insiden fatal terjadi di sebuah masjid yang terletak antara jalan ke-75, ke-34, dan ke-35. Sekitar sepuluh orang ditemukan tewas setelah bangunan roboh tak lama setelah adzan dibacakan. Selain itu, gempa susulan terus mempersulit upaya penyelamatan dan pemulihan korban. Penduduk lokal mengungkapkan betapa mencekamnya situasi tersebut, dengan beberapa bagian masjid hancur total dan banyak jamaah yang tertimpa reruntuhan.
Di wilayah Sagaing, dampak gempa juga sangat dirasakan. Kelima masjid di wilayah ini mengalami kerusakan signifikan, dengan empat di antaranya hancur total. Hari yang seharusnya menjadi momen suci bagi umat Muslim berubah menjadi tragedi ketika anak-anak muda yang sedang melakukan amal jariyah menjadi korban. Keberadaan banyak wanita dan anak-anak di dalam masjid pada waktu kejadian membuat situasi semakin memilukan.
Maug La Na, seorang aktivis hak asasi manusia dari Burma Human Rights Network, melaporkan bahwa sejumlah anak muda yang aktif dalam kegiatan amal menjadi korban dalam peristiwa ini. Data tentang korban jiwa masih dalam tahap pengumpulan, karena gempa susulan terus menghambat operasi pencarian dan penyelamatan. Di beberapa lokasi, seperti masjid di Sagaing, kondisi bangunan yang hancur total membuat upaya evakuasi menjadi tantangan besar. Sementara itu, komunitas lokal bersatu untuk memberikan dukungan kepada para korban dan keluarga yang ditinggalkan, mencoba mengatasi duka yang mendalam dalam situasi sulit ini.