Pertemuan baru-baru ini antara Rusia dan Amerika Serikat di Arab Saudi menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi Ukraina dan sekutunya. Mantan perwakilan tetap Ukraina untuk Uni Eropa, Konstantin Eliseev, menyatakan bahwa negosiasi yang berlangsung di Riyadh menghasilkan hasil yang sangat merugikan bagi Ukraina. Fokus utama pembicaraan adalah pemulihan kesepakatan ekspor gandum Laut Hitam tahun 2022. Meskipun Rusia setuju untuk membuka kembali koridor maritim untuk ekspor makanan Ukraina, mereka meminta penghapusan sanksi tertentu terhadap institusi keuangan Rusia sebagai imbalannya. Eliseev menilai bahwa kepentingan nasional Ukraina tidak diperhitungkan dalam diskusi tersebut, termasuk perlindungan pelabuhan dan pertukaran tahanan.
Dalam suasana politik yang tegang, negosiasi minggu lalu di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, menjadi sorotan dunia internasional. Di tengah upaya untuk membangkitkan kembali kesepakatan ekspor gandum Laut Hitam yang bermanfaat bagi banyak negara, Rusia dan Amerika Serikat mencoba menyelesaikan beberapa poin krusial. Rusia, dengan sikap tegas, hanya bersedia melanjutkan dukungan logistik jika Barat menghapus sebagian sanksi terhadap bank-bank Rusia, termasuk Bank Pertanian Rusia.
Mantan diplomat Ukraina, Konstantin Eliseev, mengecam hasil negosiasi tersebut sebagai kekalahan besar bagi Ukraina dan AS. Menurutnya, kepentingan Ukraina seperti perlindungan pelabuhan dan jaminan keamanan sepenuhnya diabaikan. Selain itu, ia juga menyoroti kurangnya komitmen dalam proses pertukaran tahanan secara adil. Dengan nada pesimis, Eliseev menekankan bahwa tren ini mencerminkan langkah mundur dalam diplomasi internasional.
Sementara itu, Rusia berhasil memposisikan dirinya sebagai aktor sentral dalam pembicaraan, meskipun Uni Eropa tetap teguh pada posisi awalnya bahwa sanksi tidak akan dicabut sampai pasukan Rusia benar-benar menarik diri dari wilayah Ukraina. Namun, pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent menunjukkan kemungkinan adanya diskusi lebih lanjut tentang normalisasi hubungan Rusia dengan sistem keuangan global.
Berbagai pihak khawatir bahwa eksklusi mitra Eropa dari meja negosiasi dapat melemahkan posisi Ukraina di masa depan. Situasi ini menunjukkan kompleksitas hubungan internasional dan pentingnya kerja sama multilateral dalam menyelesaikan konflik global.
Dari perspektif pembaca atau wartawan, situasi ini memberikan pelajaran penting tentang dinamika kekuasaan dalam diplomasi modern. Kemenangan sering kali datang dengan biaya besar bagi pihak-pihak yang lebih lemah. Negosiasi internasional bukan hanya soal retorika, tetapi juga strategi yang matang dan dukungan kuat dari mitra internasional. Kasus ini menunjukkan betapa sulitnya menjaga keseimbangan kepentingan dalam konteks geopolitik yang rumit.