Gaya Hidup
Kesenjangan Upah Berbasis Gender Masih Menjadi Tantangan Global
2025-03-10

Di tengah upaya internasional untuk menciptakan kesetaraan gender di tempat kerja, kenyataannya menunjukkan bahwa ketimpangan upah berdasarkan jenis kelamin masih menjadi isu yang signifikan. Laporan terbaru dari The Economist mengungkapkan bahwa negara-negara anggota OECD masih menghadapi median kesenjangan upah sebesar 11,4%, meningkat dibandingkan dengan tingkat terendah pada tahun 2020. Faktor-faktor seperti pandemi global dan budaya kerja yang tidak inklusif telah memperburuk situasi ini. Artikel ini membahas secara mendalam tentang penyebab utama masalah tersebut serta dampaknya terhadap pekerja perempuan di berbagai industri.

Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender di tempat kerja belum sepenuhnya mengurangi fenomena ketidakadilan dalam pembayaran gaji. Data menunjukkan bahwa pekerja perempuan menerima penghasilan lebih rendah daripada rekan-rekan laki-laki mereka, meskipun memiliki tanggung jawab yang sama. Salah satu faktor pendorong adalah efek samping dari pandemi COVID-19, yang membuat banyak wanita harus meninggalkan pekerjaan mereka demi menjalankan tugas domestik atau merawat anak-anak mereka. Selain itu, pekerjaan di sektor-sektor yang menjanjikan bayaran tinggi, seperti teknologi, cenderung kurang ramah bagi wanita.

Tiga ahli hukum Amerika Serikat—Naomi Cahn, June Carbone, dan Nancy Levit—menyoroti bagaimana sistem jam kerja ekstrem dapat membatasi kemajuan karier wanita. Dalam buku mereka, "Fair Shake," disebutkan bahwa kebijakan yang memberlakukan jam kerja panjang sering kali mendorong wanita untuk menjauhi bidang-bidang tertentu atau meninggalkannya setelah bergabung. Budaya "turnamen" di beberapa perusahaan, di mana para karyawan bersaing untuk bonus, juga tampaknya lebih menguntungkan pria daripada wanita. Contohnya terlihat jelas di Silicon Valley, di mana dominasi pria membuat lingkungan kerja semakin tidak inklusif.

Selain itu, studi lain menunjukkan bahwa saat wanita mulai memasuki profesi yang selama ini didominasi oleh pria, nilai upah di bidang tersebut cenderung turun. Hal ini mencerminkan adanya diskriminasi sistematis terhadap kontribusi tenaga kerja perempuan. Selain itu, isu pelecehan seksual di sektor-sektor yang mayoritas dikuasai oleh pria tetap menjadi ancaman nyata bagi wanita. Akibatnya, banyak wanita memilih untuk beralih ke pekerjaan yang lebih aman namun sayangnya memiliki bayaran lebih rendah.

Perubahan paradigma dalam struktur organisasi dan kebijakan kerja sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif bagi semua kalangan. Langkah-langkah seperti regulasi yang melindungi hak pekerja perempuan, promosi fleksibilitas jam kerja, serta edukasi tentang pentingnya keberagaman gender dapat menjadi solusi efektif. Tanpa adanya perubahan fundamental, tantangan kesenjangan upah berbasis gender akan terus menghambat perkembangan ekonomi global secara keseluruhan.

More Stories
see more