Perseteruan perdagangan antara Amerika Serikat dengan Kanada serta Uni Eropa semakin memanas. Presiden Donald Trump mengeluarkan peringatan keras terkait tarif besar yang akan diberlakukan jika kedua pihak tersebut bekerja sama untuk menargetkan ekonomi AS. Hal ini muncul setelah Kanada, melalui Perdana Menterinya Mark Carney, menyatakan sikap berubah arah dalam hubungan diplomatik mereka dengan Washington, menuju kemitraan lebih erat dengan Eropa. Ancaman tambahan tarif 25% pada kendaraan impor dari UE dan Kanada menjadi pusat perhatian, dengan respons balasan dari kedua negara yang telah diprediksi.
Perkembangan ketegangan ini dimulai sejak awal Maret, saat AS menerapkan tarif 25% terhadap produk-produk Kanada. Pemerintah AS menyebut langkah ini sebagai tanggapan atas ketidakseimbangan perdagangan serta masalah narkoba lintas batas. Bulan berikutnya, Trump juga mengumumkan rencana untuk memberlakukan pajak serupa terhadap barang-barang dari Uni Eropa, menciptakan kekhawatiran baru di pasar global. Tindakan ini memicu pembalasan dengan tarif serupa dari Ottawa dan Brussels.
Situasi semakin rumit dengan komentar kontroversial Trump yang menyebut Kanada akan lebih baik jika bergabung sebagai negara bagian ke-51 AS. Negara tersebut tegas menolak ide tersebut, menunjukkan sikap independen yang kuat. Di sisi lain, konflik Ukraina juga memperlebar jurang pemisah antara Washington dan Brussels. Sementara Trump memilih pendekatan damai dengan Rusia, Uni Eropa tetap teguh mendukung Kiev, bahkan mempertimbangkan pengiriman pasukan militer.
Dengan meningkatnya tensi dagang, ancaman tarif tambahan oleh Trump dapat berdampak signifikan pada hubungan bilateral dan multilateral. Ancaman ini tidak hanya menyangkut ekonomi, tetapi juga menunjukkan pergeseran strategis dalam politik luar negeri AS. Langkah-langkah yang diambil oleh semua pihak akan menentukan masa depan kerja sama perdagangan internasional di tahun-tahun mendatang.
Peningkatan ketegangan ini menunjukkan bahwa kebijakan perdagangan global sedang mengalami transformasi drastis. Dengan setiap pihak mengejar kepentingan nasionalnya sendiri, ada kemungkinan bahwa konflik ini akan berlanjut hingga solusi diplomatis ditemukan. Keputusan selanjutnya dari Washington, Ottawa, dan Brussels akan sangat memengaruhi stabilitas ekonomi dunia.