Asif Ali Zardari, mantan Presiden Pakistan dari tahun 2008 hingga 2013, kembali menjabat sebagai pemimpin negara tersebut pada Maret 2024. Dikenal sebagai suami dari Benazir Bhutto, mantan Perdana Menteri yang tewas dalam serangan bom, Zardari memiliki perjalanan hidup penuh dinamika. Dia memainkan peran penting dalam Partai Rakyat Pakistan (PPP) setelah kematian istri tercintanya. Meskipun pencapaiannya luar biasa, karier politiknya juga diwarnai kontroversi besar, termasuk tuduhan korupsi selama masa jabatannya.
Zardari lahir dari keluarga elit di Karachi, Sindh, pada tahun 1955. Ayahnya seorang pengusaha dan politisi ternama. Pendidikan awalnya berlangsung di sekolah-sekolah bergengsi di Karachi, serta studi singkat di London. Meskipun tidak ada bukti akademis resmi, ia dikenal sebagai individu sosial yang aktif dalam olahraga seperti polo sejak usia muda.
Berkat latar belakang keluarganya yang mapan, Zardari mendapatkan pijakan kuat di dunia politik Pakistan. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di lembaga-lembaga terkemuka, ia menghabiskan waktu untuk melanjutkan studi di luar negeri, meskipun catatan formal tentang prestasi akademisnya masih menjadi bahan spekulasi. Sejak muda, minatnya terhadap aktivitas sosial membentuk fondasi bagi keterlibatannya dalam politik.
Keluarga Zardari memiliki pengaruh signifikan dalam struktur politik lokal. Ayahnya, Hakim Ali Zardari, adalah figur publik yang terkenal di wilayah Sindh. Latar belakang ini memberikan akses kepada jaringan politik yang luas. Selain itu, hubungan dekat dengan komunitas Sindhi semakin memperkuat posisinya di kancah nasional. Aktivitas sosialnya, termasuk kegemarannya pada polo, membuatnya dikenal secara luas sebagai tokoh flamboyan di kalangan masyarakat.
Selain menjadi simbol stabilitas dalam PPP pasca-kematian Bhutto, Zardari juga menempati posisi strategis sebagai kepala negara Pakistan selama dua periode. Namun, masa jabatannya sering kali dihadapkan pada tantangan besar, termasuk tuduhan korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Meskipun begitu, kontribusinya dalam menjaga keberlanjutan partai tetap diakui oleh banyak pihak.
Dalam masa jabatannya pertama sebagai presiden, Zardari harus menghadapi berbagai masalah domestik dan internasional. Di tengah ketegangan geopolitik regional, ia mencoba mempertahankan kedaulatan negara sambil menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain. Namun, reputasinya kerap dirusak oleh isu-isu korupsi yang melibatkan anggota keluarganya maupun dirinya sendiri. Meskipun demikian, dukungan kuat dari PPP dan basis pemilih tradisional memungkinkan dia untuk kembali memegang tampuk kekuasaan di tahun 2024. Keputusan ini menunjukkan bahwa meskipun kontroversial, Zardari tetap memiliki pengaruh besar dalam politik Pakistan.