Pasar minyak global mencatat kenaikan signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang menargetkan negara-negara pengimpor minyak dari Venezuela dan Iran. Selain itu, penurunan stok minyak mentah di AS lebih besar dari perkiraan juga memperkuat tekanan positif pada harga komoditas ini. Harga minyak Brent ditutup pada US$73,94 per barel, sementara WTI berada di level US$69,85 per barel.
Kebijakan protektif AS terhadap Venezuela dan Iran semakin mempersempit pasokan minyak global. Meskipun Arab Saudi memiliki potensi untuk meningkatkan produksi, ketidakpastian perdagangan global tetap menjadi ancaman bagi stabilitas harga minyak ke depan. Secara teknikal, harga minyak WTI diperkirakan akan berfluktuasi antara level support dan resisten tertentu, sementara Brent diproyeksikan menguat seiring dengan meningkatnya permintaan energi.
Penerapan tarif oleh Amerika Serikat terhadap negara-negara yang melakukan transaksi minyak dengan Venezuela telah menciptakan situasi yang semakin membatasi arus pasokan global. Tiongkok, sebagai pembeli utama minyak Venezuela, menjadi salah satu pihak yang terkena dampak langsung. Selain itu, sanksi terhadap Iran juga memperburuk kondisi pasar energi dunia.
Kebijakan perdagangan ini menciptakan situasi ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di pasar minyak. Ancaman pemberlakuan tarif 25% oleh Amerika Serikat membuat banyak pelaku pasar khawatir tentang kelangsungan rantai pasokan global. Dengan penurunan signifikan pasokan dari Venezuela dan Iran, Arab Saudi dipandang sebagai harapan baru untuk menjaga stabilitas pasar melalui peningkatan produksinya. Namun, langkah ini tidak serta-merta dapat sepenuhnya menutupi kekurangan pasokan yang signifikan akibat sanksi tersebut.
Data terbaru menunjukkan bahwa penurunan stok minyak mentah di Amerika Serikat jauh lebih besar dari ekspektasi analis. Hal ini mencerminkan adanya permintaan yang kuat dari pasar internasional. Penurunan sebesar 3,34 juta barel membuktikan bahwa konsumsi energi global masih tinggi meskipun ada gangguan pasokan.
Selain faktor permintaan, analisis teknikal juga memainkan peran penting dalam memprediksi pergerakan harga minyak. Proyeksi harga minyak WTI menunjukkan level support di rentang US$65,58 – US$61,80 dan level resisten di US$73,80 – US$77,10. Sementara itu, harga minyak Brent diprediksi akan terus menguat didorong oleh kombinasi ketatnya pasokan global dan pertumbuhan permintaan energi yang stabil. Meskipun ketegangan geopolitik seperti permasalahan Rusia-Ukraina masih ada, kesepakatan awal untuk meredam serangan infrastruktur energi memberikan sedikit optimisme bagi para pelaku pasar.