Puasa, yang dikenal sebagai ibadah utama bagi umat Muslim selama bulan Ramadan, kini juga menjadi tren dalam bidang kesehatan modern. Salah satu metode populer yang muncul adalah intermittent fasting, di mana individu membatasi waktu makan mereka ke dalam jendela tertentu setiap hari. Tidak hanya digunakan untuk penurunan berat badan, praktik ini juga dikaitkan dengan manfaat neurologis serta proses detoksifikasi tubuh. Dr. Lina Shibib dari Medcare Hospital di Dubai menyoroti bahwa puasa berkala dapat meningkatkan fungsi otak, memperbaiki metabolisme, dan bahkan membantu mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes dan obesitas.
Berdasarkan studi terbaru dari King's College London, puasa tidak hanya memengaruhi aspek fisik tetapi juga mendukung perkembangan neuron baru di hipokampus, bagian otak yang penting untuk daya ingat dan pembelajaran. Selain itu, proses autofagi—di mana sel-sel tubuh membersihkan dirinya sendiri dari komponen yang rusak—dipercepat selama periode tanpa makan. Hal ini membantu regenerasi organ vital seperti hati dan ginjal, serta meningkatkan sistem imun secara keseluruhan.
Tubuh manusia mengalami transformasi signifikan selama 30 hari menjalani pola makan dengan batasan waktu. Dalam konteks metabolisme, ketika seseorang berpuasa, tubuh mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi alternatif. Dr. Pankaj Shah dari Mayo Clinic menjelaskan bahwa penurunan berat badan yang efektif dapat dicapai melalui pengurangan asupan kalori harian, yang pada gilirannya mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan resistensi insulin.
Di luar manfaat fisiologis, penelitian juga menunjukkan bahwa puasa dapat memperlambat proses penuaan otak dan mengurangi risiko demensia serta Alzheimer. Ini disebabkan oleh peningkatan produksi protein bernama faktor neurotropik yang berasal dari otak (BDNF), yang mendukung kesehatan neuron dan meningkatkan ketahanan terhadap stres oksidatif.
Selain itu, perubahan metabolik selama puasa dapat memberikan dampak positif pada kadar gula darah dan sensitivitas insulin. Penelitian dari University of Sydney menemukan bahwa individu yang kelebihan berat badan atau obesitas mengalami penurunan berat badan yang signifikan selama bulan Ramadan, sekaligus memperbaiki parameter kesehatan lainnya.
Manfaat puasa melampaui ekspektasi tradisional, baik dari sudut pandang spiritual maupun medis. Praktik ini tidak hanya mendukung kesejahteraan fisik tetapi juga mental dan emosional. Dengan semakin banyak bukti ilmiah yang mendukung efek positifnya, puasa telah menarik perhatian luas sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Penggunaan metode ini dalam rutinitas sehari-hari dapat menjadi langkah awal menuju gaya hidup lebih sehat dan produktif.