Puasa enam hari di bulan Syawal memiliki keistimewaan yang luar biasa, salah satunya adalah kesetaraannya dengan puasa satu tahun penuh. Para ulama telah menjelaskan bahwa setiap amalan baik dapat menghasilkan ganjaran sepuluh kali lipat. Dengan demikian, jika seseorang menyelesaikan satu bulan penuh puasa Ramadan dan melanjutkannya dengan enam hari di bulan Syawal, ia seolah-olah telah berpuasa selama 360 hari, yang sesuai dengan jumlah hari dalam satu tahun. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menjelaskan pentingnya memadukan kedua ibadah tersebut.

Bagi wanita yang masih memiliki kewajiban qadha dari Ramadan, disarankan untuk menunaikan kewajiban tersebut terlebih dahulu sebelum melakukan puasa sunnah enam hari Syawal. Ini karena mereka yang memiliki hutang puasa Ramadan belum mencapai sempurnanya 30 hari puasa wajib. Meskipun ada pendapat yang mengizinkan penggabungan antara puasa qadha dan sunnah, tetap lebih baik bagi seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu. Selain itu, para ulama juga memiliki pandangan berbeda tentang hukum puasa enam hari di bulan Syawal. Menurut Imam Nawawi, madzhab Syafi'i, Ahmad, serta beberapa ulama lainnya, puasa ini merupakan sunnah. Sebaliknya, Imam Malik dan Abu Hanifah cenderung memandangnya sebagai makruh, dengan alasan agar tidak disalahartikan sebagai kewajiban.

Penting untuk diingat bahwa dalam agama Islam, setiap ibadah harus dilakukan dengan niat yang tulus kepada Allah SWT. Jika hadis telah menetapkan suatu amalan sebagai sunnah, maka kita tidak boleh meninggalkannya hanya karena sebagian orang tidak melakukannya. Seperti yang dijelaskan oleh Imam An-Nawawi, meskipun ada perbedaan pendapat di kalangan ulama, dalil yang jelas dari hadis Nabi menjadi pijakan utama dalam menjalankan amalan tersebut. Melalui pemahaman ini, kita diajak untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan memperbanyak amal shalih, termasuk melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal secara ikhlas dan penuh ketenangan.