Penyebaran ajaran Islam di wilayah Nusantara mengalami perkembangan pesat setelah berakhirnya konflik besar yang melibatkan Pangeran Diponegoro. Setelah pasukan pemberontak dibubarkan, para prajurit yang dulunya bertempur mulai menyebar ke berbagai penjuru Pulau Jawa dan luar Jawa untuk membawa misi agama. Di daerah Malang Raya, sejarah mencatat bahwa beberapa bekas prajurit Pangeran Diponegoro turut serta dalam menyebarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat lokal. Selain itu, mereka juga memberikan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Sejarawan dari Universitas Negeri Malang (UM), Najib Jauhari, menjelaskan bahwa sebelum berakhirnya Perang Jawa, sudah ada upaya penyebaran ajaran Islam di wilayah Malang Raya oleh beberapa tokoh agama. Namun, setelah konflik usai pada tahun 1830-an, para bekas perwira militer Pangeran Diponegoro mulai beralih fokus ke pengabdian spiritual. Mereka tidak hanya memperjuangkan kemerdekaan fisik tetapi juga spiritual dengan mengajarkan Islam kepada masyarakat pedalaman, termasuk daerah Malang Raya. "Setelah berakhirnya konflik, strategi mereka berubah drastis. Dari sekadar fokus pada peperangan, mereka beralih ke pendidikan agama," ungkap Najib.
Berkat dedikasi mereka, beberapa lokasi di Malang Raya menjadi saksi sejarah penting bagi penyebaran Islam. Beberapa nama besar seperti Eyang Djoego atau Kyai Zakaria II di Gunung Kawi, Kiai Hamimuddin di Bungkuk Singosari, serta makam di daerah Bantur Kabupaten Malang, menjadi bukti nyata dari peran mereka. Dua di antaranya adalah perwira tinggi, sementara yang lain adalah prajurit biasa. Keberadaan mereka menunjukkan bagaimana kombinasi antara ilmu agama dan semangat perjuangan dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat.
Semangat perjuangan yang ditunjukkan oleh para tokoh ini menginspirasi generasi modern untuk melanjutkan langkah-langkah besar mereka. Dengan mengedepankan nilai-nilai toleransi dan kebijaksanaan, masyarakat dapat belajar dari sejarah untuk membangun harmoni sosial yang lebih baik. Melalui perpaduan antara pendidikan agama dan keberanian intelektual, masa depan yang cerah bisa diraih bersama-sama.