Pasar
Pasar Keuangan Global Menghadapi Ketidakpastian di Tahun 2025
2025-05-09

Memasuki tahun 2025, pasar keuangan global menghadapi tantangan besar akibat kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang semakin proteksionis. Kebijakan ini diperkirakan memicu perang dagang antara AS dan China serta berdampak pada perlambatan ekonomi global. Indonesia juga terkena imbasnya dengan pertumbuhan PDB yang melambat hingga 4,85%. Bank Indonesia fokus menjaga stabilitas pasar keuangan dengan potensi pemotongan suku bunga guna merespons gejolak ekonomi.

Di sisi lain, komoditisasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi faktor baru dalam dinamika pasar. Peluncuran model bahasa DeepSeek membuka peluang bagi pemain kecil sekaligus menimbulkan tekanan bagi raksasa teknologi. DBS merekomendasikan strategi portofolio investasi dengan diversifikasi aset untuk menghadapi volatilitas jangka pendek dan risiko jangka panjang.

Pengaruh Perang Dagang dan Perlambatan Ekonomi Global

Kebijakan perdagangan Amerika Serikat terhadap mitra dagang utamanya memperburuk kondisi pasar keuangan global. Ketegangan ini tidak hanya mempengaruhi hubungan dagang tetapi juga melemahkan kepercayaan konsumen. Indonesia ikut merasakan dampaknya melalui penurunan pertumbuhan ekonomi domestik.

Situasi geopolitik yang semakin rumit menciptakan ketidakpastian bagi pelaku pasar. Kebijakan imigrasi dan pengurangan tenaga kerja federal di AS menambah tekanan pada perekonomian global. Dalam respons terhadap situasi ini, Bank Indonesia memprioritaskan stabilitas pasar keuangan dengan mempertimbangkan langkah-langkah moneternya secara hati-hati. Potensi pemotongan suku bunga di wilayah Asia Pasifik dan Eropa memberikan harapan akan adanya dukungan bagi pertumbuhan ekonomi regional meskipun Jepang tetap menerapkan kebijakan moneter yang lebih konservatif.

Strategi Investasi di Masa Ketidakpastian

Dengan latar belakang ketegangan perdagangan dan inovasi teknologi, DBS merekomendasikan pendekatan investasi yang adaptif. Portofolio dengan alokasi 40% saham, 30% obligasi, dan 30% aset alternatif terbukti lebih stabil dibandingkan model tradisional. Obligasi investment grade diprediksi mendapatkan manfaat dari kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

Untuk menghadapi volatilitas pasar, DBS menyarankan investor agar melakukan diversifikasi aset. Emas sebagai safe haven dan aset privat menjadi pilihan menarik untuk melindungi nilai investasi. Di bidang saham, DBS merekomendasikan pergeseran fokus dari pasar AS menuju Eropa dan China. Sektor industri di Eropa serta teknologi dan konsumsi di China menawarkan peluang signifikan di tengah transformasi digital yang didorong oleh perkembangan AI seperti DeepSeek. Pendekatan ini bertujuan untuk meminimalkan risiko konsentrasi di satu sektor atau negara serta memanfaatkan potensi pertumbuhan di berbagai wilayah secara optimal.

More Stories
see more