Pergerakan pasar modal Tanah Air memperlihatkan fluktuasi signifikan pada awal perdagangan akhir pekan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menguat, kembali terjun ke zona merah hanya dalam waktu singkat. Pada pukul 09.01 WIB, IHSG ditutup turun sebesar 0,13% ke level 6.373,67, dengan total transaksi mencapai Rp 982 miliar melibatkan lebih dari 417 juta saham yang diperdagangkan. Mayoritas sektor bisnis mengalami penurunan, kecuali teknologi yang menunjukkan kenaikan signifikan hingga dua digit.
Situasi ekonomi global dan domestik berkontribusi besar terhadap volatilitas pasar. Kekhawatiran atas kondisi ekonomi Amerika Serikat serta anjloknya Wall Street menjadi faktor utama yang menekan laju IHSG, rupiah, dan obligasi nasional. Di sisi lain, para pelaku pasar mulai fokus pada agenda rapat umum pemegang saham (RUPS) yang banyak dilakukan oleh emiten-emiten terkemuka. Salah satu sorotan utama dari RUPS adalah pembagian dividen, yang menjadi perhatian investor dalam upaya meningkatkan nilai investasi mereka.
Kebijakan pemerintah juga berperan penting dalam mendorong stabilitas ekonomi nasional. Pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) yang wajib diberikan kepada pekerja paling lambat tujuh hari sebelum Lebaran diproyeksikan akan memberikan dorongan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Dengan anggaran THR mencapai Rp 26,46 triliun untuk aparatur sipil negara (ASN), pensiunan, dan ASN daerah, perekonomian diharapkan mendapatkan stimulus positif, terutama di sektor consumer goods, retail, dan transportasi.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, optimisme tetap menjadi pijakan bagi pelaku pasar. Meskipun tantangan seperti inflasi Jepang dan tingginya klaim pengangguran di Amerika Serikat dapat memengaruhi sentimen pasar, langkah-langkah strategis seperti Capital Market Forum 2025 memberikan wawasan baru bagi para investor. Acara tersebut membahas potensi pertumbuhan pasar modal Indonesia di tengah eskalasi perang dagang global. Melalui kolaborasi antara regulator, pelaku pasar, dan ahli ekonomi, forum ini bertujuan untuk memperkuat kepercayaan publik terhadap sistem ekonomi nasional, sehingga mampu menjaga daya saing Indonesia di kancah internasional.