Pergerakan pasar saham di Indonesia mengalami fluktuasi signifikan dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini dipicu oleh ketidakpastian yang melingkupi sejumlah kebijakan penting dan persiapan libur panjang Lebaran. Pada salah satu sesi perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh titik terendah dengan penurunan hingga 4,44%. Meskipun demikian, IHSG berhasil pulih secara bertahap hingga menetap pada level 6.097 dengan pelemahan sebesar 2,53%. Aktivitas transaksi mencatatkan angka Rp 3,76 triliun, melibatkan lebih dari 380 ribu frekuensi transaksi serta volume perdagangan sekitar 5,18 miliar lembar saham.
Sektor emiten besar mengalami tekanan berat, terutama perusahaan-perusahaan perbankan, grup konglomerat, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini terjadi seiring dengan pengumuman penting pemerintah terkait badan usaha strategis nasional, Danantara. Pengalihan kepemilikan saham seri A kepada PT Biro Klasifikasi Indonesia sebagai bagian dari holding operasional Danantara menjadi sorotan investor. Dalam jangka pendek, diperkirakan aktivitas perdagangan akan cenderung sepi karena fokus investor mulai bergeser menuju momen Lebaran. Kebiasaan melakukan aksi jual atau taking profit menjelang liburan besar menjadi faktor tambahan yang memperburuk performa IHSG.
Kinerja IHSG dalam sepekan terakhir menunjukkan tren negatif dengan penurunan sebesar 3,95% hingga level 6.258,18 pada penutupan perdagangan tertentu. Selain itu, IHSG juga telah mengalami penurunan tajam sebesar 11,61% sepanjang tahun ini. Salah satu hari buruk IHSG terjadi ketika indeks turun hingga 7,11%, sehingga memaksa BEI untuk menerapkan trading halt. Dalam sebulan terakhir, aliran dana asing keluar mencapai Rp19,85 triliun, sementara total net foreign sell selama tahun 2025 telah mencapai Rp30,82 triliun.
Momentum seperti ini memberikan pelajaran penting bagi para pelaku pasar untuk memahami dinamika ekonomi global dan domestik. Pentingnya stabilitas pasar modal tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional tetapi juga menciptakan lingkungan investasi yang kondusif bagi semua pihak. Dengan sikap optimistis dan strategi manajemen risiko yang baik, harapannya adalah pasar dapat bangkit kembali setelah periode sulit ini berakhir.