Pasar modal Indonesia mengalami penurunan signifikan pada hari Kamis (13/3/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren negatif setelah sempat melonjak hampir 2% sebelumnya. Pada akhir sesi perdagangan, IHSG tercatat di angka 6.647,42 dengan penurunan sebesar 0,26%. Aktivitas perdagangan mencapai Rp 8,85 triliun, melibatkan lebih dari 15 miliar saham yang diperdagangkan. Dari total saham tersebut, sebagian besar mengalami pelemahan.
Kinerja sektor-sektor utama di pasar modal juga turut mempengaruhi kondisi IHSG. Sektor finansial dan utilitas menjadi dua bidang yang paling tertekan. Sebaliknya, sektor teknologi dan energi berhasil menunjukkan performa positif dengan kenaikan tertinggi. Penyebab utama pelemahan ini adalah adanya berita kurang menyenangkan dari dalam negeri terkait realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Realisasi APBN hingga akhir Februari 2025 menunjukkan defisit sebesar Rp31,2 triliun atau setara dengan 0,13% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Situasi ini bertolak belakang dengan tiga tahun sebelumnya, di mana surplus masih dapat dicatatkan pada periode yang sama. Ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap harga komoditas global tampaknya menjadi salah satu faktor penyebab defisit ini. Selain itu, aksi jual bersih oleh investor asing senilai Rp897,09 miliar juga turut memperburuk kondisi pasar. Beberapa saham perbankan seperti BMRI, BBRI, dan BBNI menjadi sasaran utama penjualan tersebut.
Potensi pertumbuhan ekonomi nasional sangat bergantung pada kebijakan fiskal yang tepat serta daya tarik investasi domestik maupun internasional. Meskipun situasi saat ini menunjukkan tantangan, langkah-langkah strategis seperti diversifikasi sumber pendapatan dan peningkatan stabilitas moneter dapat membuka peluang baru bagi pemulihan pasar modal. Dengan demikian, optimisme tetap harus dipertahankan untuk mendukung ketahanan ekonomi Indonesia di masa depan.