Pada hari Kamis (13/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan dengan penurunan sebesar 0,26%. Meskipun sempat menguat pada awal sesi, indeks ini akhirnya berakhir di posisi 6.647,42. Nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp 8,84 triliun dengan volume saham yang berpindah tangan mencapai 15,91 miliar unit. Dalam perdagangan tersebut, sektor finansial dan utilitas mengalami koreksi signifikan, sementara sektor teknologi dan energi menunjukkan performa positif. Beberapa emiten besar seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Central Asia (BBCA) menjadi pemberat utama pelemahan IHSG.
Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Kanada telah memperburuk situasi pasar keuangan global. Ancaman tarif tambahan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap produk baja dan aluminium dari Kanada menyebabkan gejolak pasar. Selain itu, pengumuman Tunjangan Hari Raya (THR) di dalam negeri memberikan dorongan bagi IHSG untuk melaju lebih jauh setelah sebelumnya menguat. Namun, sentimen negatif akibat ketidakpastian ekonomi global masih membayangi pergerakan pasar saham domestik.
Pada sesi perdagangan tersebut, Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Central Asia (BBCA) menjadi faktor utama yang menekan laju IHSG. Kontribusi pelemahan dari ketiga emiten ini mencapai total hampir 36 indeks poin. Di tengah tekanan global, investor domestik juga mengantisipasi langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh pemerintah untuk menjaga stabilitas pasar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dijadwalkan menggelar konferensi pers terkait APBN KiTa edisi Februari 2025. Publik menanti klarifikasi dari pihak Kementerian Keuangan mengenai rencana pengelolaan dividen negara melalui Danantara. Hal ini menjadi salah satu fokus utama karena masih banyak ketidakjelasan terkait pengelolaan investasi dan dividen yang beralih ke entitas baru tersebut. Pengelolaan ini diprediksi akan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan negara.
Sri Mulyani juga diharapkan dapat memberikan panduan terkait respons pemerintah terhadap perang dagang yang semakin memanas. Gejolak ini tidak hanya memengaruhi pasar modal domestik tetapi juga memiliki dampak luas pada pelaksanaan anggaran negara, strategi penerimaan pajak, serta rencana penarikan utang.
Dengan adanya tantangan global yang semakin besar, perhatian pasar tertuju pada sikap dan kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Meskipun THR memberikan dorongan positif, ketidakpastian internasional tetap menjadi faktor utama yang perlu diwaspadai. Langkah-langkah konkret dari pemerintah akan menjadi penentu arah IHSG ke depannya, baik dalam menghadapi tekanan eksternal maupun internal.