Gaya Hidup
Penelitian Terhadap Wanita Tertua di Dunia Mengungkap Rahasia Panjang Umur
2025-03-25

Penelitian terhadap seorang wanita yang hidup hingga usia 117 tahun, Maria Branyas Morera, membuka wawasan baru tentang biologi penuaan dan mekanisme perlindungan tubuh terhadap penyakit. Para ilmuwan mengkaji sampel dari berbagai bagian tubuhnya untuk memahami faktor-faktor yang memungkinkan seseorang mencapai umur panjang tanpa dampak serius dari kondisi kesehatan yang biasa menyerang orang tua. Penelitian ini juga menjelajahi perbedaan antara usia kronologis dan usia molekuler, memberikan gambaran lebih jelas tentang bagaimana sistem kekebalan tubuh serta mikrobioma dapat mendukung kelangsungan hidup.

Dalam penelitian yang dipimpin oleh ahli epigenetika Manel Esteller dari Institut Josep Carreras di Spanyol, ditemukan bahwa Branyas memiliki kombinasi unik dari karakteristik genetik, fungsi seluler, dan komposisi mikrobioma yang melindungi tubuhnya dari berbagai ancaman kesehatan. Misalnya, analisis menunjukkan bahwa ia memiliki ketahanan luar biasa terhadap inflamasi, ditandai dengan tingginya populasi bakteri tertentu dalam saluran pencernaannya, seperti Bifidobacterium.

Lebih lanjut, peneliti membandingkan data genetik Branyas dengan populasi lain dan menemukan tujuh varian genetik langka yang belum pernah dilaporkan pada individu Eropa lainnya. Varian-varian ini tampaknya berkaitan erat dengan fungsi organ vital, termasuk paru-paru dan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, Branyas menunjukkan adanya aktivitas mitokondria yang efisien, meskipun ia telah mencapai usia lanjut. Hal ini menjadi indikator kuat bahwa tubuhnya masih mampu menghasilkan energi secara optimal.

Berbicara tentang diet, Esteller menyebut bahwa pola konsumsi harian Branyas, yang mencakup yogurt tiga kali sehari, mungkin memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan mikrobioma ususnya. Makanan fermentasi seperti yogurt dikenal kaya akan probiotik, yang membantu memperkuat perlindungan terhadap inflamasi dan memperbaiki fungsi pencernaan.

Analisis DNA juga mengungkap fenomena menarik terkait proses penuaan. Meskipun telomer Branyas—struktur protektif ujung kromosom—telah sangat pendek, sebuah tanda umum penuaan, penanda molekuler di permukaan DNA-nya justru menunjukkan usia yang lebih muda daripada usia kronologisnya. Dengan kata lain, jam molekuler tubuh Branyas tampaknya bergerak lebih lambat daripada usia sebenarnya.

Temuan ini menyoroti potensi penggunaan biomarker molekuler sebagai alat untuk memahami lebih baik proses penuaan dan bagaimana intervensi medis atau gaya hidup dapat memperlambat dampak negatifnya. Penelitian ini juga menegaskan pentingnya kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan dalam menentukan kualitas hidup manusia di masa tua.

Kontribusi studi ini tidak hanya terbatas pada pemahaman tentang umur panjang, tetapi juga membuka peluang baru untuk pengembangan terapi yang bertujuan memperpanjang kesehatan manusia. Meskipun beberapa peneliti skeptis tentang relevansi studi terhadap individu supercentenarian (di atas 110 tahun), hasil penelitian Branyas menunjukkan nilai signifikan dalam upaya memahami rahasia kelangsungan hidup yang berkualitas.

More Stories
see more