Gaya Hidup
Pengembangan Jantung Buatan: Harapan Baru untuk Pasien Gagal Jantung
2025-03-13

Sebuah inovasi medis fenomenal telah membuka pintu baru bagi para pasien gagal jantung di seluruh dunia. Seorang pria Australia menjadi individu pertama yang berhasil pulang dari rumah sakit setelah menerima implan jantung buatan BiVACOR, sebuah alat berbahan titanium yang dirancang sebagai solusi permanen untuk kegagalan organ vital ini. Operasi tersebut dilakukan oleh Dr. Paul Jansz di St Vincent’s Hospital dan menandai tonggak penting dalam pengobatan gagal jantung.

Jantung buatan ini memiliki mekanisme unik tanpa gesekan antarbagian yang memungkinkannya bertahan lebih lama tanpa kerusakan. Selain itu, perangkat ini juga dapat memberikan harapan bagi mereka yang sulit mendapatkan donor jantung manusia tepat waktu. Dengan penemuan ini, ahli medis berharap jumlah kematian akibat gagal jantung dapat dikurangi secara signifikan di masa depan.

Inovasi Teknologi dalam Perawatan Gagal Jantung

Teknologi jantung buatan BiVACOR merepresentasikan langkah besar dalam bidang medis. Alat ini dirancang untuk menggantikan fungsi jantung yang rusak dengan efisiensi maksimal, menggunakan sistem magnetik canggih yang menghilangkan risiko aus pada komponennya. Ini membuatnya sangat cocok sebagai pengganti permanen atau sementara hingga donor jantung tersedia.

BiVACOR dikembangkan oleh Daniel Timms, seorang insinyur Australia yang terinspirasi oleh pengalaman pribadinya dengan ayahnya yang meninggal akibat gagal jantung. Penemu ini menjelaskan bahwa mesin ini bekerja dengan cara yang sama seperti pompa air yang ia kenal sejak kecil. Namun, desainnya lebih kompleks dan presisi, memastikan keberhasilan operasional dalam tubuh manusia. Penggunaan baterai eksternal memungkinkan pasien tetap aktif meskipun harus mengganti daya setiap beberapa jam. Di masa depan, teknologi pengisian nirkabel bisa menjadi tambahan fitur yang mempermudah penggunaan jangka panjang.

Dalam praktiknya, BiVACOR telah membuktikan kemampuannya melalui kasus pertama yang sukses. Pria berusia 40-an dari New South Wales hidup lebih dari 100 hari dengan jantung buatan ini sebelum akhirnya mendapatkan donor sesuai. Keberhasilan ini tidak hanya menunjukkan potensi perangkat ini sebagai pengganti sementara, tetapi juga sebagai solusi permanen jika diperlukan. Dr. Paul Jansz menyebut momen ini sebagai "titik balik" dalam sejarah medis, karena alat ini tidak dapat ditolak oleh sistem kekebalan tubuh dan teknisnya tidak mudah rusak.

Penerapan dan Potensi Masa Depan

Meskipun masih dalam tahap awal adopsi, BiVACOR menjanjikan transformasi besar dalam pengobatan gagal jantung. Saat ini, tantangan utamanya adalah mempercepat produksi agar lebih banyak pasien bisa mengaksesnya. Program Artificial Heart Frontiers yang dipimpin Monash University akan mengimplan empat perangkat lagi dalam waktu dekat. Hal ini mencerminkan upaya serius untuk memperluas manfaat teknologi ini kepada lebih banyak orang.

Ketika dibandingkan dengan situasi saat ini di mana seperempat pasien menunggu transplantasi jantung meninggal karena kurangnya donor, BiVACOR menawarkan solusi alternatif yang efektif. Dr. Chris Hayward dari St Vincent’s Hospital Sydney menyoroti pentingnya teknologi ini mengingat semakin sedikitnya pendonor organ yang tersedia. Dengan berat hanya 650 gram, alat ini cukup kecil untuk digunakan bahkan pada anak-anak usia 12 tahun ke atas tanpa merasakan ketidaknyamanan fisik.

Selain itu, perkembangan masa depan termasuk integrasi teknologi pengisian daya nirkabel yang akan membebaskan pasien dari ketergantungan pada baterai eksternal yang harus diganti secara berkala. Ini akan meningkatkan kualitas hidup mereka secara signifikan. Menyadari dampak historis dari operasi ini, Dr. Jansz mengungkapkan bahwa pencapaian ini terjadi di tempat yang sama dengan transplantasi jantung pertama di Australia pada 1968 dan keberhasilan Victor Chang pada 1984. Dengan adanya BiVACOR, harapan baru lahir bagi ribuan pasien gagal jantung di Australia dan seluruh dunia.

More Stories
see more