Sebagai bagian dari strategi pertahanan nasional, Korea Utara melaksanakan latihan militer besar-besaran yang difokuskan pada simulasi serangan balik nuklir. Pemimpin tertinggi negara tersebut, Kim Jong-un, secara langsung mengawasi manuver ini untuk mengevaluasi kesiapan kekuatan nuklirnya. Latihan ini mencakup pengujian rudal balistik dan sistem peluncur roket canggih, serta inspeksi mekanisme kontrol senjata nuklir.
Dengan fokus pada peningkatan efisiensi operasional dan presisi jarak jauh, Korea Utara menunjukkan komitmennya terhadap modernisasi kemampuan pertahanannya. Laporan resmi menyebut bahwa semua tujuan latihan telah tercapai dengan sukses, memvalidasi keandalan sistem komando dalam menghadapi potensi krisis nuklir.
Korea Utara melakukan serangkaian uji coba teknologi rudal dan sistem pemicu nuklir guna menilai performa persenjataannya. Dalam latihan ini, rudal balistik taktis dan roket peluncur ganda menjadi sorotan utama. Pengujian ini bertujuan untuk memastikan kemampuan responsif kekuatan nuklir dalam skenario darurat.
Latihan militer yang dilakukan oleh Korea Utara mencakup pengujian dua jenis senjata canggih: sistem roket peluncur ganda berkaliber 600mm dan rudal balistik taktis Hwasong-11 (KN-23). Kedua senjata ini diduga memiliki kapabilitas nuklir. Rudal balistik yang ditembakkan mencapai jarak sekitar 800 kilometer sebelum mendarat di wilayah laut timur. Selain itu, inspeksi sistem "pemicu nuklir" juga dilakukan untuk menjamin koordinasi yang cepat dan efektif antara komando pusat dan pasukan lapangan. Hal ini menunjukkan upaya Korea Utara dalam memastikan kesiapan total sistem senjata nuklir mereka.
Kim Jong-un menyoroti pentingnya meningkatkan kemampuan tempur pasukan nuklir Korea Utara. Dalam kesempatan ini, ia menekankan perlunya perbaikan pada presisi serangan jarak jauh serta efisiensi keseluruhan senjata nuklir. Evaluasi hasil latihan membuktikan bahwa sistem komando dan mobilisasi dapat bekerja secara responsif terhadap ancaman apapun.
Selain evaluasi teknis, Kim Jong-un juga menegaskan urgensi pemeliharaan kesiapan pasukan nuklir agar siap menghadapi situasi krisis. Fokus utamanya adalah pada peningkatan akurasi serangan jarak jauh dan integrasi lebih baik antara berbagai elemen senjata. Melalui latihan ini, Korea Utara ingin menunjukkan kepada dunia internasional bahwa mereka telah mencapai tingkat keandalan tinggi dalam hal manajemen dan operasional sistem pertahanan nuklir. Kesuksesan simulasi serangan balik ini menjadi bukti nyata atas komitmen Korea Utara terhadap pembangunan kemampuan pertahanan yang tangguh dan modern.