Gerakan Hamas membantah laporan yang menyebutkan kepala gerakan di luar negeri, Khaled Meshaal, telah memutuskan menyerahkan kendali atas Jalur Gaza. Pernyataan palsu tersebut dikaitkan dengan Meshaal, yang disebut-sebut ingin mengakhiri penderitaan rakyat Palestina melalui tindakan ini. Dalam pernyataan resmi di saluran Telegramnya, Hamas menjelaskan bahwa kabar itu tidak lebih dari rumor yang didistribusikan oleh pihak-pihak yang berusaha melemahkan perjuangan mereka. Situasi semakin memanas saat warga Palestina turun ke jalan untuk memprotes Hamas karena konflik yang sedang berlangsung sejak serangan pada 7 Oktober 2023.
Pada Selasa, demonstrasi besar-besaran terjadi di Gaza Utara sebagai bentuk protes terhadap Hamas. Ratusan warga di Beit Lahia meminta agar kelompok bersenjata tersebut meninggalkan wilayah Gaza dan menghentikan pertempuran. Demonstran menyampaikan slogan-slogan seperti "Kami tidak menginginkan Hamas atau Jihad Islam, kami ingin melindungi negara" dan "Keluar, keluar, Hamas keluar." Reaksi keras ini muncul setelah tekanan luar biasa yang dialami rakyat akibat agresi Israel yang terus berlanjut, termasuk penargetan terhadap warga sipil.
Kantor Media Pemerintah Hamas memberikan tanggapan terkait aksi unjuk rasa tersebut. Mereka menyatakan bahwa slogan-slogan yang dilontarkan dalam demonstrasi adalah spontan dan tidak mencerminkan pandangan nasional secara umum. Sebaliknya, hal ini merupakan hasil dari situasi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya serta upaya pendudukan Israel untuk memancing konflik internal dan mengalihkan perhatian dari kejahatan yang sedang berlangsung.
Hamas juga menekankan bahwa semua pernyataan resmi hanya dipublikasikan melalui kanal-kanal resmi mereka. Gerakan ini menegaskan bahwa rumor yang berkembang hanyalah bagian dari strategi musuh untuk memecah belah dukungan terhadap perlawanan mereka. Situasi di wilayah tersebut tetap tegang dengan kemungkinan eskalasi lebih lanjut jika ketegangan antara warga dan Hamas tidak segera diredam.
Dengan meningkatnya tekanan dari dalam maupun luar, Hamas harus berhadapan dengan tantangan baru dalam menjaga stabilitas di wilayah yang sudah lama dilanda konflik. Aksi protes yang terjadi bukan hanya simbol frustrasi warga terhadap kondisi saat ini, tetapi juga refleksi kebutuhan mendesak akan solusi damai yang dapat mengakhiri penderitaan tanpa mengorbankan identitas nasional mereka.