Pasar
Penurunan IHSG dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Nasional
2025-03-14

Pada akhir perdagangan Jumat (14/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan hingga mencapai 1,98%. Penurunan ini berdampak pada sebagian besar sektor pasar modal, dengan sektor teknologi menjadi yang paling terpukul. Sebaliknya, hanya sektor konsumer primer yang berhasil bertahan di zona hijau dengan kenaikan tipis sebesar 0,18%. Selain itu, saham DCI Indonesia (DCII) juga anjlok hingga 20%, menyebabkan dampak besar terhadap performa IHSG.

Di sisi lain, defisit APBN per Februari 2025 yang tercatat Rp31,2 triliun atau 0,13% dari Produk Domestik Bruto (PDB) memperburuk sentimen pasar. Defisit ini merupakan pertama kalinya dalam empat tahun terakhir, menunjukkan adanya tekanan terhadap pendapatan negara akibat fluktuasi harga komoditas global. Ketergantungan Indonesia pada harga komoditas menjadi faktor utama penurunan performa ekonomi nasional.

Guncangan Pasar Modal: Performa IHSG dan Pengaruh Saham Unggulan

Saham-saham unggulan memiliki pengaruh besar terhadap penurunan IHSG pada akhir pekan lalu. Salah satu penyebab utama adalah anjloknya saham DCI Indonesia (DCII) hingga 20%, setelah reli panjang selama beberapa bulan. Selain itu, sektor teknologi turun tajam hingga 7,73%, menunjukkan ketidakstabilan di industri ini. Sektor perbankan juga memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan, terutama melalui penurunan saham BBCA sebesar 2,51%.

Kinerja IHSG tidak hanya dipengaruhi oleh saham individu tetapi juga oleh dinamika sektor-sektor tertentu. Pada hari tersebut, mayoritas sektor berada di zona merah, kecuali sektor konsumer primer yang masih mampu tumbuh meskipun dalam skala kecil. Hal ini mencerminkan bahwa investor cenderung lebih waspada terhadap sektor-sektor yang rentan terhadap volatilitas pasar. Saat IHSG turun, saham-saham seperti DCII yang telah mengalami reli signifikan sejak awal tahun mulai dikhawatirkan sebagai potensi risiko jangka pendek. Kombinasi antara penurunan saham DCII dan sektor teknologi menciptakan tekanan besar pada indeks gabungan.

Dampak Defisit APBN Terhadap Sentimen Pasar

Defisit APBN per Februari 2025 menjadi salah satu faktor yang memperparah kondisi pasar modal. Defisit sebesar Rp31,2 triliun atau 0,13% dari PDB menandakan adanya penurunan pendapatan negara dibandingkan dengan periode yang sama di tahun-tahun sebelumnya. Ini berbanding terbalik dengan surplus yang dicatatkan dalam tiga tahun terakhir, seiring dengan lonjakan harga komoditas global sejak 2022. Fluktuasi harga komoditas menjadi indikator penting bagi performa ekonomi Indonesia.

Ketergantungan Indonesia pada pendapatan dari sektor komoditas membuat ekonomi nasional rentan terhadap perubahan tren global. Ketika harga komoditas turun, pendapatan negara ikut berkurang, sehingga berdampak langsung pada realisasi anggaran. Defisit APBN kali ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu mencari sumber pendapatan baru untuk mengurangi ketergantungan pada sektor tersebut. Selain itu, defisit ini juga memicu kekhawatiran investor terhadap stabilitas fiskal negara, yang kemudian memperburuk performa pasar modal secara keseluruhan.

More Stories
see more