PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) mencatat penurunan signifikan pada laba bersihnya yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar 56,5% pada akhir tahun 2024. Pendapatan usaha juga mengalami penurunan hingga 7,4%. Penyebab utama dari kondisi ini adalah beban operasional yang meningkat serta penurunan pendapatan dari berbagai sumber layanan telekomunikasi dan non-telekomunikasi.
Dari segi permodalan, aset perseroan turun dibandingkan periode sebelumnya, dengan komposisi liabilitas dan ekuitas yang tetap seimbang. Meskipun demikian, tantangan finansial ini memengaruhi keseluruhan kinerja perusahaan selama tahun tersebut.
Kinerja operasional PT Mora Telematika Indonesia Tbk menunjukkan tren negatif pada akhir 2024, terutama dalam hal pendapatan dan laba. Pendapatan usaha turun menjadi Rp3,98 triliun, sedangkan laba bersih menyusut drastis hingga hanya tersisa Rp245,47 miliar. Faktor penyebab utamanya adalah penurunan pendapatan dari berbagai lini bisnis inti perusahaan, seperti internet dan jaringan domestik.
Secara rinci, pendapatan dari pelanggan penyelenggara telekomunikasi menurun signifikan di beberapa sektor. Kontribusi terbesar berasal dari layanan internet, meskipun nilainya masih mengalami penurunan menjadi Rp1,16 triliun. Selain itu, sektor lain seperti jaringan domestik, VSAT, dan jaringan internasional juga ikut andil dalam penurunan total pendapatan. Sementara itu, kontribusi dari proyek konsesi dan pusat data relatif stabil namun tidak cukup untuk mengimbangi kerugian di sektor-sektor utama.
Penurunan aset perusahaan menjadi Rp14,65 triliun pada Desember 2024 menunjukkan adanya tekanan signifikan pada struktur modal MORA. Meski liabilitas dan ekuitas tetap seimbang, beban langsung yang mencapai Rp1,65 triliun menjadi faktor utama penggerus laba perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi operasional harus ditingkatkan agar kinerja keuangan membaik di masa mendatang.
Struktur modal perusahaan menunjukkan bahwa liabilitas mencapai Rp7,26 triliun, sementara ekuitas sedikit lebih tinggi di angka Rp7,39 triliun. Meskipun proporsi ini masih sehat, beban operasional yang melampaui anggaran awal menjadi salah satu penyebab utama penurunan kinerja. Untuk menghadapi tantangan ini, manajemen perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap strategi operasional dan investasi. Selain itu, pengurangan biaya operasional serta diversifikasi sumber pendapatan dapat menjadi langkah konkret untuk memperbaiki kondisi keuangan di tahun-tahun mendatang.