Pemikir dan filsuf asal Arab Saudi, Abdullah Al Qasemi, dikenal sebagai sosok yang kontroversial karena perubahan radikal dalam pandangannya terhadap agama. Awalnya, dia tumbuh sebagai anak yang religius berkat didikan ketat dari keluarganya. Dia belajar mendalam tentang ajaran Islam sejak kecil dan akhirnya melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar di Mesir. Namun, perjalanan hidupnya mengambil alih saat ia mulai menentang dogma agama dan akhirnya menyatakan dirinya sebagai ateis.
Ketika menjadi ateis, Qasemi menulis karya-karya yang mempertanyakan dasar rasionalitas agama. Hal ini membuatnya menjadi sasaran kritik dari banyak kalangan. Buku-bukunya dilarang di negara-negara Timur Tengah, dan ia bahkan menjadi incaran pembunuhan di beberapa tempat. Hingga akhirnya, hidupnya berakhir pada tahun 1996 karena penyakit kanker.
Anak muda Abdullah Al Qasemi dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai agama Islam. Ayahnya memberikan pendidikan agama secara intensif sejak usia dini, sehingga Qasemi tumbuh sebagai individu yang sangat religius. Kecerdasan intelektualnya membawanya untuk mempelajari ilmu-ilmu agama secara mendalam seperti hadis, fiqih, serta sastra Arab.
Dengan latar belakang tersebut, Qasemi berhasil masuk ke salah satu institusi agama terkemuka di dunia, Universitas Al-Azhar di Mesir. Selama masa kuliahnya, ia mulai dikenal sebagai tokoh intelektual yang memiliki gagasan inovatif mengenai cara bangsa Arab melepaskan diri dari pola pikir mitologis tradisional. Ia juga aktif membela gerakan Salafi, yang menekankan pentingnya kembali kepada praktik-praktik awal umat Islam. Namun, sikap ini justru membuatnya berselisih dengan pihak kampus, yang kemudian mengeluarkannya pada tahun 1931.
Setelah meninggalkan Universitas Al-Azhar, pemikiran Qasemi mulai bergeser drastis. Anak yang dulunya religius dan taat terhadap ajaran agama, berubah menjadi seseorang yang menolak kewajiban agama sepenuhnya. Puncak perubahan ini adalah pengakuannya sebagai ateis, sebuah langkah yang mengejutkan banyak pihak.
Qasemi kemudian menulis karya-karya kontroversial yang menantang dasar-dasar agama. Salah satu buku terkenalnya, "The Lie to See God Beautiful," mempertanyakan validitas dogma agama yang selama ini diyakini oleh masyarakat. Hal ini menjadikannya musuh bagi banyak orang, termasuk pemerintah negara-negara Timur Tengah. Di Mesir, ia diberi status "persona non grata" pada tahun 1954, yang berarti ia tidak diizinkan untuk tinggal atau berkunjung ke negara tersebut. Selain itu, ia juga menjadi target ancaman pembunuhan di beberapa tempat pengasingannya. Perjalanan hidupnya berakhir tragis pada tahun 1996, ketika ia meninggal akibat penyakit kanker.