Bank Indonesia (BI) sedang mempertimbangkan langkah strategis untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa meskipun ada peluang untuk menurunkan suku bunga acuan, keputusan tersebut harus dipertimbangkan dengan cermat mengingat kondisi global yang masih penuh ketidakpastian. Selain itu, BI terus melakukan ekspansi likuiditas melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) guna menjaga stabilitas pasar domestik.
Saat ini, BI memiliki ruang yang cukup besar untuk menyesuaikan tingkat suku bunga acuan sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, timing atau waktu yang tepat menjadi faktor krusial dalam pengambilan kebijakan ini. Kondisi ekonomi global yang belum stabil akibat permasalahan perdagangan internasional membuat BI harus berhati-hati dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa penurunan suku bunga acuan memang menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan. Akan tetapi, ia juga menekankan pentingnya kesabaran karena situasi global saat ini masih dipengaruhi oleh ketidakpastian. Perang tarif antar negara telah meningkatkan risiko di pasar keuangan dunia, sehingga BI perlu menunggu momen yang lebih kondusif sebelum mengambil tindakan. Meskipun demikian, BI tetap siap untuk melakukan intervensi jika kondisi memungkinkan.
Sebagai langkah alternatif untuk mendukung perekonomian tanpa langsung menurunkan suku bunga acuan, BI telah melaksanakan kebijakan ekspansi likuiditas. Langkah ini dilakukan melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) baik di pasar primer maupun sekunder. Dengan nilai transaksi mencapai Rp 70,7 triliun hingga akhir Maret 2025, kebijakan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.
Ekspansi likuiditas menjadi instrumen penting bagi BI dalam menjaga aliran dana ke sektor riil. Melalui pembelian SBN, BI tidak hanya memberikan dukungan kepada pemerintah dalam pembiayaan anggaran, tetapi juga membantu menjaga stabilitas pasar keuangan domestik. Strategi ini dinilai efektif dalam meredam dampak negatif dari ketidakpastian global terhadap perekonomian Indonesia. Dengan adanya kebijakan ini, BI berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi investasi dan konsumsi, meskipun tantangan global masih terus berlangsung.