Pada hari Rabu (19/3/2025), nilai tukar rupiah mengalami penurunan terhadap dolar Amerika Serikat setelah Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuan bulan Maret. Rupiah ditutup pada posisi Rp16.520 per dolar AS, melemah sebesar 0,61%. Indeks dolar AS juga menguat hingga 0,42%, mencapai angka 103,68. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa keputusan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global serta mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dalam suasana penuh ketegangan di pasar keuangan internasional, mata uang Indonesia harus menghadapi tantangan baru. Di akhir perdagangan pada hari Rabu, dalam sebuah konferensi pers yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia di Jakarta, Gubernur Perry Warjiyo mengumumkan bahwa BI Rate tetap dipertahankan di level 5,75%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga tidak mengalami perubahan, yakni berturut-turut tetap di angka 5% dan 6,50%.
Keteguhan Bank Indonesia dalam mempertahankan suku bunga ini dilakukan dengan mempertimbangkan perkiraan inflasi yang tetap berada dalam rentang sasaran antara 1,5 hingga 3,5% untuk tahun-tahun mendatang. Hal ini dirancang untuk melindungi stabilitas nilai tukar rupiah di tengah gejolak global serta memberikan dukungan kepada pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.
Dari sudut pandang seorang jurnalis, laporan ini mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan dalam kebijakan moneter. Meskipun nilai tukar rupiah saat ini mengalami tekanan, langkah yang diambil oleh Bank Indonesia menunjukkan komitmen mereka untuk menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang. Ini menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa dalam situasi ketidakpastian, kehati-hatian dan strategi yang matang sangatlah diperlukan.